Kisah Keutamaan Istighfar

14434

Muslim Obsession – Kisah tentang keutamaan Istighfar ini berasal dari kehidupan Imam Ahmad bin Hanbal, yang dianggap sebagai seorang ilmuwan Islam dan teolog terkenal.

Imam Ahmad juga dianggap sebagai pendiri sekolah Fiqh Hanbali (yurisprudensi Islam) dan merupakan salah satu teolog Sunni yang paling terkenal, juga sering disebut sebagai “Sheikh ul-Islam” atau “Imam Ahl As-Sunnah.”

Selama masa tuanya, ketika Imam Ahmad bepergian, dia mampir ke sebuah kota. Setelah shalat, ia hendak bermalam di halaman masjid. Sebab ia tidak kenal siapa pun di kota tersebut.

Karena kerendahan hatinya, dia tidak memperkenalkan dirinya kepada siapa pun yang berpikir bahwa jika dia melakukannya, dia akan disambut oleh banyak orang.

Gagal mengenali Ahmad bin Hanbal, pengurus masjid menolak untuk membiarkan dirinya tinggal di masjid. Karena Imam Ahmad sudah cukup tua, penjaga harus menyeretnya keluar dari masjid tersebut.

Melihat hal ini, seorang tukang roti dari tempat terdekat merasa kasihan kepada lelaki tua itu (Imam Ahmad). Kemudian dengan baik hati, sang tukang roti menawarkan diri untuk menjadi tuan rumah baginya malam itu.

Selama tinggal bersama tukang roti, Imam Ahmad mengamati bahwa tukang roti itu terus mengucapkan Istighfar atau Astagfirullah (yang artinya aku memohon ampun kepada Allah).

Merasa penasaran, Imam Ahmad bertanya kepada tukang roti itu apa yang ia dapat dengan rutin mengucapkan Istigfhar seperti demikian.

“Bahwasannya, dengan mengucapkan Istighfar, Allah mengabulkan segala permohonanku, kecuali satu,” ucapnya.

Kemudian Imam Ahmad bertanya lagi, “Doa apakah kiranya yang tidak diterima Allah?”

Sang tukang roti menjawab, “Aku telah memohon dan berdoa kepada Allah untuk memberikan hak istimewa bertemu dengan ulama terkenal Imam Ahmad bin Hanbal.”

Mendengar jawaban demikian, Imam Ahmad bin Hanbal mengatakan bahwa Allah tidak hanya mendengarkan doanya tetapi telah menyeret dirinya ke pintu rumahnya (tukang roti).

Wallahu A’lam bish Shawab (Vina – Disadur dari majalah Al-Jumuah, vol 19, edisi 7)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here