Kisah Cinta Margonda dengan Maemunah

1540
Jalan Margonda
Nama pejuang kemerdekaan, Margonda, diabadikan menjadi sebuah jalan di Kota Depok.

Jakarta, Muslim Obsession – Nama Margonda sudah tidak asing lagi khususnya di telinga orang Jakarta, Depok, dan Bogor. Pasalnya, nama itu kini abadi dijadikan sebagai nama jalan di Kota Depok, Jawa Barat. Namun tidak banyak yang tahu jika Margonda sebenarnya adalah nama dari seorang pejuang kemerdekaan.

Pria kelahiran Bogor, Jawa Barat itu, meninggal dalam pertempuran ketika pasukannya menyerang tentara Inggris di Kali Bata pada 16 November 1945. Ia dan keluarganya tinggal di Jalan Ardio Bogor. Waktu masih sekolah, Margonda terkenal sebagai atlet berprestasi dan ahli kimia. Nama aslinya adalah Margana.

Margonda menikah dengan Maemunah,  keponakan M. S. Mintaredja yang pernah menjadi Menteri Sosial dalam kabinet Presiden Suharto sekaligus ketua umum Partai Persatuan Pembangunan. Dari pernikahan dengan Maemunah, Margonda dikaruniai satu orang anak. Bagaimana kisah cinta keduanya?

Setelah Margonda gugur, Maemunah membesarkan buah hatinya yang bernama Jopiatini. Nama Jop diambil dari JOP (Jajasan Obor Pasoendan), salah satu anak organisasi Pagoejoeban Pasoendan yang berdiri pada 1914, di mana Margonda dan Maemunah kali pertama bertemu.

“Kata ibu, nama Jopiatini diambil dari nama organisasi JOP, tempat ayah dan ibu pacaran dulu. Ibu sering bercerita kalau ayah saya itu orangnya periang dan pemberani. Karena itulah ibu jatuh cinta,” ujar Jopiantini seperti dikutip Historia, Rabu (5/12/2018).

Margonda dan Maemunah menikah di Bogor pada 24 Juni 1943. Semenjak menikah mereka tinggal di rumah keluarga Maemunah di Bogor. Rumah itu selalu ramai oleh anak-anak JOP dan para pemuda Bogor yang punya semangat sama dalam memperjuangkan kemerdekaan.

Pada masa Hindia Belanda, Maemunah pernah belajar di Sekolah Kepandaian Putri di Kebon Sirih Jakarta. Setelah lulus, dia mengajar di sekolah yang diselenggarakan oleh JOP di Kuningan Jawa Barat.

Sedangkan Margonda pernah mengikuti pendidikan analysten cursus, yang diselenggarakan Indonesiche Chemische Vereniging. Kini, tempat kursus itu menjadi Balai Besar Industri Agro Bogor. Dia juga pernah ikut pelatihan penerbang cadangan di Luchtvaart Afdeeling, salah satu unit kemiliteran Belanda.

“Dari cerita yang sering saya dengar, kawan-kawan ayah yang sering berkumpul di rumah antara lain Ahmad Tirtosudiro, Pak Adam, Ibrahim Adjie, Mintaredja, dan banyak lagi,” kenang Jopiatini.

Untuk menafkahi keluarga, Margonda bekerja di Departemen Jawatan Penyelidikan Pertanian Jepang. Setelah setahun menikah, mereka dikaruniai seorang anak perempuan, Jopiatini.

Sepeninggal Margonda, Maemunah membesarkan Jopiatini sendiri dengan membuka tempat jahit “Modiste Tini.” Nama ini diambil dari panggilan Jopiatini: Tini.

“Waktu saya masih kecil, di zaman Bung Karno, ibu mendapat order menjahit pakaian orang-orang di Istana Bogor. Yang saya ingat, orang Istana Bogor yang sering menjahit baju di tempat ibu saya, Ibu Hartini istri Bung Karno dan istrinya Pak Sabur (komandan) Tjakrabirawa,” ujarnya.

Selain itu, menurut Jopiatini, Jaka Bimbo yang kelak menjadi penyanyi terkenal juga menjahit baju di tempat ibunya. Dengan usaha itu, Maemunah dapat menyekolahkan Jopiatini hingga perguruan tinggi. (Albar)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here