Kisah Abu Sa’id dan Pemuda Sufi

932
Ilustrasi seorang ulama sufi.

Muslim Obsession – Alkisah, suatu ketika seorang pemuda sufi, mendatangi kediaman Abu Sa’id ibn Abi Al-Khair di Mayhana, Khurasan untuk mendalami ilmu tasawwuf, sejak lama ia ingin berguru langsung kepada beliau.

Rumah beliau berada di tengah-tengah padang pasir.

Ketika sufi muda itu sampai di rumahnya, Abu Sa’id sedang memimpin majlis pengajian di tengah-tengah para muridnya.

Sewaktu Abu Sa’id membaca Al-Fatihah dan sampai pada ayat: “Ghairil Maghdlubi ‘Alaihim, Wa Ladl-Dlaalliin”, Sufi muda itu berpikir: “Bagaimana mungkin ia seorang guru sufi terkenal, suara bacaan Al Fatihahnya saja tidak bagus. Bagaimana mungkin aku berguru padanya?”

“Selain bacaan Al-Qurannya, penampilannya juga kurang meyakinkan,” kata suara batinnya.

Sufi muda itupun mengurungkan niyatnya untuk belajar kepada Abu Sa’id, ia merasa salah memilih guru, dan memutuskan pulang untuk mencari guru lain yang suara lantunan Al-Qurannya lebih bagus darinya, dan penampilannya lebih meyakinkan.

Tetapi begitu sufi muda itu keluar, ia langsung dihadang oleh seekor singa padang pasir yang buas.

Ia kemudian mundur menghindari singa itu, akan tetapi dibelakangnya ada lagi seekor singa padang pasir lain yang menghalanginya.

Lelaki muda itu menjerit keras meminta tolong karena ketakutan.

Mendengar teriakannya, Abu Sa’id segera turun keluar meninggalkan majlisnya. Ia lalu menatap kedua ekor singa yang kelaparan itu, kemudian menegur mereka: “Wahai singa, bukankah sudah kubilang padamu, jangan pernah kalian mengganggu tamuku!”

Seketika kedua singa itu bersimpuh di hadapan Abu Sa’id. Sang sufi lalu mengelus telinga keduanya, dan menyuruhnya pergi.

Lelaki muda itu keheranan. “Bagaimana mungkin anda dapat menaklukan singa-singa yang begitu liar itu?” tanyanya.

Abu Sa’id menjawab: “Anak muda, selama ini aku sibuk memperhatikan urusan hatiku, bertahun-tahun aku berusaha menata hatiku, hingga aku tidak sempat berprasangka buruk kepada orang lain.”

“Untuk kesibukanku menaklukan hati ini, Allah SWT menaklukan alam untukku,” tuturnya. “Semua binatang buas disini, termasuk singa-singa padang padir yang buas tadi semua tunduk kepadaku. Sekarang apakah kamu menyadari kekuranganmu wahai anak muda?”

“Ya, Guru,” jawab anak muda itu.

“Selama ini, kamu sibuk memperhatikan hal-hal lahiriah semata, sehingga lupa memperhatikan hatimu sendiri, karena itu kamu takut kepada seluruh alam semesta dan merasa ketakutan hanya karena singa-singa itu,” tegas Abu Sa’id.

Untuk diketahui, Syekh Abu Sa’id bin Abi Al-Khair merupakan salah seorang Sufi penyair Persia generasi awal. Dilahirkan tahun 357 Hijriah atau 967 Masehi, di desa Meyhana, Khurasan Raya. Lahir seabad sebelum Fariduddin Attar.

Syekh Abu Sa’id berkontribusi besar pada perkembangan Sastra Sufi, meninggal dunia pada tahun 440 Hijriah atau 1048 Masehi, dalam usia 81 tahun. Dimakamkan di tanah kelahirannya Meyhana.

Wallahu a’lam.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here