Kesuksesan Manajemen Haji Indonesia Jadi Contoh India dan Bangladesh

947
Usai India, Kini Giliran Bangladesh Contoh Manajemen Haji Indonesia (Foto: Ditjen PHU)

Madinah, Muslim Obsession – Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi kembali mendapat kunjungan kerja dari tim misi haji Bangladesh di Madinah, Kamis (6/9/2018) sore waktu Saudi.

Sehari sebelumnya, penyelenggara haji India juga melakukan kunjungan serupa ke Daker Madinah.

Kedua negara tersebut tertarik bertukar informasi dan mengapresiasi terhadap penyelenggaraan haji Indonesia dengan jumlah jamaah terbesar di dunia, namun mampu mengatur secara baik dan tertib.

Seperti dikatakan oleh perwakilan misi haji Bangladesh, ABN Amin Ullah Nuri ketika berkunjung ke Daker Madinah, pihaknya mengapresiasi dan ingin tahu bagaimana penyelenggaraan haji Indonesia dengan jumlah yang begitu besar, tapi bisa berjalan dengan lancar, mulai dari pendaftaran sampai dengan pelaksanaan di Arab Saudi.

“Sebenarnya study banding seperti ini sangat kita butuhkan dalam rangka menggali juga bagaimana pelayanan jamaah mereka. Sehingga ketika kita menemukan hal-hal yang perlu diperbaiki, maka kita bisa sharing bersama untuk perbaikan ke depan,” ujar Kadaker Madinah Mohammad Khanif di Madinah, dikutip dari siaran pers Ditjen PHU, Jumat (7/9/2018).

Khanif mengatakan, dengan pertemuan kedua negara, baik Indonesia maupun Bangladesh atau negara Asia lainnya, akan banyak tahu apa perbedaan yang paling mendasar antara Indonesia dengan negara lain dalam hal penyelenggaraan haji.

Seperti contoh Bangladesh, sistem penyelenggaraan mereka berbeda dengan Indonesia. Kalau Bangladesh lebih banyak haji khususnya (Dikelola swasta) ketimbang reguler (Pemerintah). Haji khusus mereka mencapai 100 ribu lebih, sementara haji reguler hanya 7.000 jamaah.

“Justru kebalikan dari Indonesia, yang lebih banyak mengelola ibadah reguler ketimbang khusus,” ucap Khanif.

Sedangkan untuk biaya haji reguler atau dikelola pemerintah lebih besar yakni sekira Rp 60 juta, ketimbang swasta di bawah angka itu, tergantung dari masing-masing tipe atau golongannya.

“Kenapa tarif haji pemerintah Bangladesh lebih mahal dari swasta, karena pemerintahnya menggunakan hotel di Markaziah, sementara swasta lebih murah karena hotel di luar Markaziah,” tuturnya.

Berbeda lagi dengan India, di mana sistem penyelenggaraan hajinya lebih unik lagi, yakni melalui sistem undian. Menurut Khanif, India itu sistem pemberangkatan jamaahnya ditentukan melalui sistem undian. Jadi, jamaah yang namanya keluar saat diundi itu yang langsung diberangkatkan.

Sementara untuk Indonesia sistem pemberangkatan jamaah secara bergantian, yakni disesuaikan dengan nomor antrean awal pendaftaran.

“Melihat sistem tersebut dianggap bagus, India tertarik, katanya tahun depan akan mencontoh dan mengubah model pemberangkatan jamaahnya,” terang Khanif.

Seperti diketahui, petugas haji Bangladesh berjumlah 200 orang termasuk keagamaan dan kesehatan. Berbeda dengan Indonesia yang jauh lebih besar yakni mencapai 4.100 petugas.

Terkait Indonesia kerap mendapat kunjungan negara lain, menurut Khanif hampir setiap tahunnya mendapat kunjungan serupa dari negara Asia tersebut dan Malaysia yang paling sering berkunjung.

“Menurut saya ini hal penting sehingga kita bisa belajar juga dari mereka hal-hal positif, apa yang bisa kita tingkatkan dan juga menerima masukan dari mereka,” pungkas Khanif. (Vina)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here