Kepiting Untuk Kelestarian Bakau Enggano

Catatan Perjalanan Egy Massadiah (Bagian 3).

417
Doni Monardo dengan sepeda motor trail.

Oleh: Egy Massadiah**

Masih seputar pulau Enggano, Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu. Salah satu pulau terluar Indonesia, yang memecut perhatian Ketua Umum PP PPAD, Letjen TNI Purn Dr (HC) Doni Monardo. Kunjungan empat hari, melahirkan sejumlah gagasan kreatif-inovatif, yang bermuara pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Setelah berbicara tentang potensi wisata berburu bersama Muspika Kecamatan Enggano, para tetua dan tokoh adat, perhatian Doni berikutnya adalah pada hutan mangrove (bakau) yang ada di pulau itu.

Mengendarai sepeda motor trail Kawasaki KLX 150 milik Kodim 0423/Bengkulu Utara, Doni dan rombongan blusukan masuk hutan. Selanjutnya dengan perahu nelayan menyusuri lingkar pesisir pulau nan indah itu.

Doni tampak masih sigap mengendarai sepeda motor off-road yang memiliki tinggi 115 cm itu. Setelah menembus rimba, mereka pun sampai di tepi Danau Bak Blau di Dusun Tiga, Desa Meok. Warna kebiruan sangat jelas terlihat di permukaan danau seluas lebih kurang 500 meter persegi. Orkestra suara burung menyambut kami dalam hening hutan perawan.

Selanjutnya, berjarak satu-dua kedipan mata rombongan bergeser ke sebuah laguna yang damai. Dengan perahu nelayan, kami menyusuri pantai bening ditemani percik ombak cantik. Rimbun hutan bakau purba berukuran raksasa mengapit perjalanan kami. Tinggi bakau mencapai 20 – 30 meter, dengan akar kecil hingga akar besar berdiameter lebih dari 30 cm.

Enggano vs Cilacap

“Jenderal pohon” Doni Monardo tentu saja takjub melihat bakau Enggano. Seketika terlintas di benaknya, suasana yang kontras saat mengunjungi Cilacap, dalam kapasitas sebagai Kepala BNPB Desember 2020. Ia melihat bakau di sana rusak dicuri tangan-tangan tak bertanggung jawab.

“Di Enggano, saya lihat mangrove-nya sangat terjaga. Tolong pak camat, jangan sampai ada warga yang menebang mangrove,” pesan Doni kepada Camat Susanto.

Camat Susanto pun mengisahkan, masyarakatnya sangat menjaga hutan mangrove yang ada. Terlebih setelah tahun 2015 datang tim LIPI ke Enggano yang juga menyampaikan pesan sama seperti yang dikatakan Doni, yakni menjaga keutuhan hutan mangrove.

Ditambah, adanya adat-istiadat warisan nenek-moyang yang memang selaras. Adat Enggano melarang masyarakat menebang pohon bakau serta melarang warga membuka kebun yang berjarak lebih dari 3 km dari badan jalan utama.

Adat lain yang masih dijaga adalah larangan menangkap penyu pada saat pesta pernikahan atau pesta adat. Kesepakatan itu terjaga betul berkat struktur adat yang ada di bawah kendali pemimpin tertinggi suku-suku yang ada, yang disebut Paabuki. Paabuki dipilih oleh para kepala suku untuk masa jabatan 6 tahun.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here