Karung Bocor

751

Oleh: Mahfud Hidayat (Penyuluh Agama Non PNS Kota Bogor)

Setibanya di warung sembako, seorang pria langsung membeli sekarung beras. Ia lega karena beras itu akan mencukupi kebutuhan makannya sekeluarga selama satu bulan.

Tak disangka, sampai di rumah ternyata beras itu hanya tersisa satu liter saja. Ia pun bingung. Ternyata karung yang berisi beras itu bocor. Di perjalanan satu persatu butiran beras tersebut jatuh ke jalan.

Sontak saja ia pun sedih. Karena harapannya untuk mencukupi hidup selama satu bulan hanya isapan jempol semata. Jangankan satu bulan, satu hari saja tidak mungkin cukup. Pikirnya dalam hati dengan nada sedih.

Terkadang di dunia ini beberapa orang sangat percaya diri akan masuk surga. Ia mengklaim telah banyak mengumpulkan amal ibadah. Bahkan tidak sedikit di antaranya yang berani mengkavling surga untuk diri dan kelompoknya. Seolah-olah di luar kelompoknya (yang berbeda dalam pemahaman agama) tidak berhak memasukinya. Na’udzu billah.

Padahal perilaku tersebut telah menyakiti perasaan orang lain. Ucapan dan klaimnya itu membuat yang lain membatin. Tidak terima dikatakan musyrik, ahli bid’ah, dan ahli neraka. Sebab orang yang berbeda itu pun memiliki hujjah dan argumentasi berdasarkan dalil-dalil agama.

Perbedaan hanyalah dalam pemahamannya (istinbat dan istidlalnya). Karenanya, bisa jadi orang yang merasa diri paling benar dan yakin dengan ‘kesurgaannya’, ia akan mendapati sebaliknya. Sebab Allah dan RasulNya tidak menyukainya.

Di tempat lain, ada juga orang yang sangat rajin beribadah, namun hak-hak sesamanya diabaikan, maka ternyata dia pun tidak mendapat bagian dari pahala ibadahnya.

Bisa jadi ia rajin shalat, namun riya. Rajin puasa namun mengumpat sesama. Rajin membaca Al Quran namun suka mengumbar cacian dan cercaan. Dan lain sebagainya.

Sungguh hal ini akan menjadikan hidupnya di akhirat nanti penuh kerugian. Bukankah dalam QS. Al-Ashr kita diingatkan untuk saling menasehati dalam kebaikan dan kesabaran, selain beriman dan beramal?

Ya, karena Allah Maha Mengetahui, bahwa makhluk-Nya ini banyak kekurangannya. Harus saling melengkapi, saling menasehati, saling mengasihi dan menyayangi. Bukan saling mencaci maki, sumpah serapah, dan menebar kebencian dan permusuhan.

Jika demikian, khawatir karung kita bocor. Di akhirat nanti, tidak tersisa ganjaran amal kecuali hanya sedikit sekali.

Wallahu a’lam.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here