Jokowi, Prabowo, Budi Gunawan, dan Siapa Lagi?

1520

Jokowi Belum Aman

Dari sejumlah kandidat, baru Jokowi dan Prabowo yang di atas kertas sudah punya modal kuat untuk maju. Koalisi Golkar (91), Nasdem (35), PPP (39), dan Hanura (16), total memiliki 181 kursi. Namun bila Melihat cairnya peta perkubuan pada pilkada serentak 2018, calon yang sudah bisa disebut sangat “aman” barulah Prabowo. Persekutuan Gerindra-PKS sudah memastikan satu tiket di tangan. Sementara Jokowi masih harus bekerja keras untuk mensolidkan partai pendukungnya.

Prabowo memiliki modal dari Gerindra 73 kursi, bila ditambah dengan sekutunya PKS 40 kursi, maka total 113 kursi. Sudah aman. Jumlahnya akan bertambah bila PAN (49) bergabung, maka total sebanyak 163 kursi.

Untuk mengusung calon sendiri, PDIP (109) membutuhkan tambahan tiga kursi. Partai yang tersisa tinggal Demokrat (61), dan PKB (47).

Dengan gambaran peta kepemilikan kursi di DPR tersebut, maka peta perkubuan akan sangat ditentukan siapa yang menjadi presiden dan siapa yang menjadi wakil presidennya.

Jokowi sudah hampir pasti akan maju kembali sebagai capres. Sebagian besar partai –diluar Gerindra, PAN, dan PKS– berlomba-lomba ingin menjadi cawapres Jokowi.

PKB sudah mempersiapkan Muhaimin Iskandar sebagai cawapres Jokowi. Keakraban Jokowi dengan Muhaimin saat meresmikan kereta api bandara, memunculkan spekulasi keduanya akan berpasangan. Demokrat nampaknya sudah menyiapkan Agus Harimurti sebagai cawapres Jokowi. Koalisi Golkar dengan Demokrat di Jabar menjadi indikasi awal mereka akan bergabung dalam pilpres 2019.

Demokrat akan mengusung capres sendiri bila deal dengan Jokowi tidak cocok. Namun ini tidak mudah, karena dengan modal 61 kursi, setidaknya Demokrat harus menggandeng dua partai lain.

Pilihannya yang sangat mungkin adalah PAN, dan PKB. Dalam poros ini juga sangat mungkin PPP bergabung. Ketiga partai ini di Pilkada DKI putaran pertama berkoalisi mengusung Agus-Silvy.

Siapa capresnya? Yang ini agak sulit membayangkan AHY menggandeng Zulkifli Hasan sebagai cawapres. Secara ketokohan Zulhasan jauh lebih senior. Yang sudah terbentuk relawannya justru Agus-Muhaimin. Namun kursi Demokrat-PKB tidak cukup.

Kendati hubungan sedang menegang, PDIP kemungkinan akan tetap bergabung dengan Jokowi dan menempatkan seorang wapres? Hal itu bisa saja terjadi, dan masih menjadi opsi utama.

PDIP mungkin mengajukan Puan Maharani bila ingin tetap mempertahankan trah Soekarno di sirkulasi elit kekuasaan. Namun spekulasi yang sangat kuat kemungkinan Megawati akan mengajukan nama Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Budi Gunawan.

Mantan Wakapolri ini mempunyai hubungan yang sangat dekat dengan Megawati. Dia juga menjalin komunikasi yang sangat baik dengan elit parpol.

Secara mengejutkan namanya masuk dalam radar berbagai survei sebagai kandidat yang potensial. Bayangkan menjadi seorang kepala badan rahasia, namun Budi Gunawan ternyata tetap cukup populer.

Budi Gunawan juga baru terpilih menjadi Wakil Ketua Majlis Pakar Dewan Masjid Indonesia (DMI) pimpinan Jusuf Kalla.

Bila PDIP berpisah dengan Jokowi, maka Budi Gunawan akan didorong menjadi capres, dan bisa berpasangan dengan Muhaimin misalnya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here