Jalan Jihad Jurnalisme Pertama Indonesia Roehana Koedoes

1338

Pendidikan dan Pergerakan

Pernikahan tak lantas membuat Rohana terkungkung di dapur, sumur, dan kasur seperti perempuan-perempuan lainnya. Sebagai perempuan yang hidup sezaman dengan RA Kartini, dia berhasil menjadi jurnalis perempuan pertama yang dimiliki Indonesia.

Pada 10 Juli 1912, dia mendirikan surat kabar perempuan bernama Sunting Melayu. Susunan redaksi mulai dari pemimpin redaksi, redaktur, dan penulis semuanya perempuan. Selain Sunting Melayu, karya-karya jurnalistik Rohana Kudus juga tersebar di banyak surat kabar, seperti Saudara Hindia, Perempuan Bergerak, Radio, Cahaya Sumatera, Suara Koto Gadang, Mojopahit, Guntur Bergerak, dan Fajar Asia.

Pada 25 Agustus 1974, Rohana Kudus memperoleh gelar pelopor wartawan perempuan Sumatera Barat dan perintis pers oleh pemerintah atas jasanya dalam memperjuangkan bangsa melalui dunia jurnalistik.

Selanjutnya, pada 11 Februari 1911, Rohana Kudus mendirikan Yayasan Kerajinan Amal Setia yang berfokus pada keterampilan. Kendati ditentang oleh para pemuka adat dan masyarakat laki-laki, Rohana tak pantang menyerah. Di yayasan tersebut, Rohana mengajari anak-anak perempuan berbagai macam keterampilan seperti menjahit, menyulam, dan merajut.

Dia menjalin hubungan kerja sama dengan pemerintah Belanda berupa pemesanan peralatan dan kebutuhan menjahit untuk mengajari para muridnya. Hasilnya, karya mereka berhasil diekspor ke Belanda. Tak hanya mengajar keterampilan, Rohana juga memberikan pelajaran umum seperti baca tulis, agama, budi pekerti, dan Bahasa Belanda.

Hingga saat ini, Yayasan Kerajinan Amal Setia masih berdiri di Koto Gadang kendati tak seramai dulu. Pepi, cucu Rohana Kudus, mengisahkan bagaimana yayasan tersebut tetap bergerak di tengah desakan bisnis kain pabrikan. Yayasan Kerajinan Amal Setia menjual berbagai jenis kerajinan tangan, seperti selendang sulam dan kerajinan perak. Harganya pun bervariasi, mulai dari Rp3-6 juta.

Kiprahnya di dunia jurnalistik dimulai dari Surat Kabar Poetri Hindia pada 1908 di Batavia. Koran ini dianggap sebagai koran perempuan pertama di Indonesia. Rohana dinilai sebagai perempuan Indonesia pertama yang secara sadar memerankan dirinya sebagai seorang jurnalis. Dia bersedia meliput berita sekaligus menulis untuk kemudian dikirimkan ke media massa.

Saat Poetri Hindia tutup, ia berkiprah di surat kabar Oetoesan Melajoe yang sudah terbit sejak 1911. Pengalamannya mendapat apresiasi dari Datoek Soetan Maharadja alias DSM. Pemilik Oetoesan Melajoe itu kemudian mendukung Rohana menerbitkan Soenting Melajoe pada 10 Juli 1912. Ia dipercaya untuk mengendalikan surat kabar ini sebagai pemimpin redaksinya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here