Jadi Imam Shalat Tarawih di Rumah? Berikut Ini Panduannya

13702
Ilustrasi: Shalat berjamaah di rumah.

Muslim Obsession – Jelang Ramadhan, Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengimbau umat Islam untuk melaksanakan Shalat Tarawih di rumah selama virus Corona masih mewabah. Shalat Tarawih merupakan shalat sunnah yang dilaksanakan sepanjang bulan suci Ramadhan.

Ibnu Rajab rahimahullah dalam Lathoif Al Ma’arif berkata, “Ketahuilah bahwa seorang mukmin di bulan Ramadhan memiliki dua jihadun nafs (jihad pada jiwa) yaitu jihad di siang hari dengan puasa dan jihad di malam hari dengan shalat malam. Barangsiapa yang menggabungkan dua ibadah ini, maka ia akan mendapati pahala yang tak hingga.”

Kesempatan melaksanakan Shalat Tarawih di rumah dan tampil menjadi imam, bagi sebagian umat Islam boleh jadi merupakan hal baru. Dan ternyata masih banyak yang belum paham bagaimana melaksanakan Shalat Tarawih di rumah, apalagi jika ia hendak menjadi imam shalat bagi anggota keluarganya.

Lalu, bagaimana cara menjadi imam Shalat Tarawih di rumah? Yuk, ikuti panduannya berikut ini.

Pertama, Shalat Tarawih lebih utama dilaksanakan dengan berjamaah.

Imam Nawawi rahimahullah dalam Al Minhaj Syarh Shahih Muslim berkata, “Para ulama sepakat bahwa shalat tarawih itu sunnah. Namun mereka berselisih pendapat apakah shalat tarawih itu afdhol (utama) dilaksanakan sendirian atau berjama’ah di masjid. Imam Syafi’i dan mayoritas ulama Syafi’iyah, juga Imam Abu Hanifah, Imam Ahmad dan sebagian ulama Malikiyah berpendapat bahwa yang afdhol adalah shalat tarawih dilakukan secara berjama’ah sebagaimana dilakukan oleh ‘Umar bin Al-Khattab dan sahabat radhiyallahu ‘anhum. Kaum muslimin pun terus ikut melaksanakannya seperti itu.”

Kedua, tidak ada batasan jumlah raka’at dalam Shalat Tarawih.

Dikutip dari Rumaysho, sebagai shalat malam Tarawih tidak memiliki batasan jumlah rakaat tertentu. Ibnu ‘Abdil Barr rahimahullah mengatakan, “Sesungguhnya shalat malam tidak memiliki batasan jumlah raka’at tertentu. Shalat malam adalah shalat nafilah (yang dianjurkan), termasuk amalan dan perbuatan baik. Siapa saja boleh mengerjakan sedikit raka’at. Siapa yang mau juga boleh mengerjakan dengan jumlah raka’at yang banyak.” (At Tamhid, 21/70).

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya mengenai shalat malam, beliau menjawab, “Shalat malam itu dua raka’at-dua raka’at. Jika salah seorang di antara kalian takut masuk waktu shubuh, maka kerjakanlah satu raka’at. Dengan itu berarti kalian menutup shalat tadi dengan witir.” (HR. Bukhari no. 990 dan Muslim no. 749).

Dalam konteks ini, Anda boleh melaksanakan Shalat Tarawih 8 atau 20 raka’at. Terutama bagi Anda yang baru belajar jadi imam, silakan ambil jumlah raka’at yang sesuai dengan kemampuan.

Ketiga, Shalat Tarawih lebih utama dilakukan dua raka’at satu salam.

Dasarnya adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Shalat malam adalah dua raka’at dua raka’at.” (HR. Bukhari no. 990 dan Muslim no. 749).

Ulama besar Syafi’iyah, An Nawawi ketika menjelaskan hadits “shalat sunnah malam dan siang itu dua raka’at, dua raka’at”, beliau rahimahullah mengatakan, “Yang dimaksud hadits ini adalah bahwa yang lebih afdhol (utama) adalah mengerjakan shalat dengan setiap dua raka’at salam baik dalam shalat sunnah di malam atau siang hari. Di sini disunnahkan untuk salam setiap dua raka’at. Namun jika menggabungkan seluruh raka’at yang ada dengan sekali salam atau mengerjakan shalat sunnah dengan satu raka’at saja, maka itu dibolehkan menurut kami.” (Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 6:30)

Keempat, bacalah surat tertentu yang paling mudah dibaca.

Bagi Anda yang hanya memiliki hafalan surat-surat pendek, maka bacalah surat-surat pendek tersebut. Tak mengapa jika surat-surat pendek itu kembali diulang dan terus diulang. Sesuai kemampuan saja.

Dan membaca satu surah berkali-kali dalam satu rakaat hukumnya diperbolehkan. Kita tidak dilarang membaca satu surah berkali-kali dalam satu rakaat, baik dalam shalat wajib maupun dalam shalat sunnah. Hal ini berdasarkan hadis riwayat Imam Bukhari dari Anas, beliau berkisah;

“Ada seorang laki-laki dari kalangan sahabat Anshar yang menjadi imam di Masjid Quba’. Setiap ia membaca surah selalu didahului dengan membaca surah Al-Ikhlas sampai selesai, baru kemudian membaca dengan surah lainnya, dan ia lakukan dalam setiap rakaatnya. Para sahabat yang lain merasa kurang senang dengan hal ini dan mereka protes sambil berkata kepada imam tersebut; ‘Kamu membaca surah Al-Ikhlas setiap hendak membaca surah yang lain seakan-akan tidak cukup jika tidak didahului dengan surah Al-Ikhlas ini. Boleh kamu membaca surah Al-Ikhlas atau tinggalkan dan membaca surah yang lain’.

Kemudian imam tadi menjawab; ‘Saya tidak akan meninggalkan membaca surah Al-Ikhlas tersebut. Jika kalian suka dengan apa yang saya lakukan, saya akan mengimami kalian. Sebaliknya jika tidak suka, saya tinggalkan kalian’. Para sahabat melihat bahwa imam tersebut adalah orang termulia di antara mereka sehingga mereka tidak suka jika imam diganti dengan orang lain.

Setelah mereka bertemu Nabi Saw, mereka ceritakan kejadian tersebut. Lalu Nabi Saw bertanya; ‘Apa yang menyebabkan kamu membaca surah ini terus-menerus di setiap rakaat?. Ia menjawab; ‘Saya senang dengan surat Al-Ikhlas. Nabi Saw menjawab; ‘Kesenanganmu pada surah ini memasukkanmu ke dalam surga.”

Hadis ini menjadi dasar kebolehan membaca satu surah berkali-kali, meskipun dalam satu rakaat. Bahkan Ibnu Hajar dalam kitab Fathul Bari mempertegas kebolehan tersebut dengan berkata;

وَفِيهِ دَلِيلٌ عَلَى جَوَازِ تَخْصِيصِ بَعْضِ الْقُرْآنِ بِمَيْلِ النَّفْسِ إِلَيْهِ وَالِاسْتِكْثَارِ مِنْهُ وَلَا يُعَدُّ ذَلِكَ هِجْرَانًا لِغَيْرِهِ

“Hadis ini adalah dalil diperbolehkannya menentukan (membaca) sebagian Al-Quran berdasarkan kemauannya sendiri dan memperbanyak membacanya, dan hal ini tidak dianggap sebagai pembiaran terhadap surat yang lain.”

Kelima, tutup dengan Shalat Witir.

Shalat Witir adalah shalat yang dilakukan dengan jumlah raka’at ganjil (1, 3, 5, 7 atau 9 raka’at). Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

اجْعَلُوا آخِرَ صَلاَتِكُمْ بِاللَّيْلِ وِتْرً

“Jadikanlah akhir shalat malam kalian adalah Shalat Witir,” (HR. Bukhari no. 998 dan Muslim no. 751).

Jika Shalat Witir dilakukan dengan tiga raka’at, maka dapat dilakukan dengan dua cara: (1) tiga raka’at, sekali salam [HR. Al Baihaqi], (2) mengerjakan dua raka’at terlebih dahulu kemudian salam, lalu ditambah satu raka’at kemudian salam [HR. Ahmad 6:83].

Bagaimana jika ingin menambahkan Doa Qunut di setiap akhir Shalat Witir? Hal ini pun tidak jadi masalah. Silakan baca Doa Qunut di setiap Shalat Witir, jika Anda ingin melakukannya karena membacanya merupakan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Mengutip Rumaysho, Ibnu Taimiyah berkata setelah menyebutkan pendapat para ulama tentang Qunut Witir:

“Hakekatnya, qunut witir adalah sejenis do’a yang dibolehkan dalam shalat. Siapa yang mau membacanya, silakan. Dan yang enggan pun dipersilakan. Sebagaimana dalam shalat witir, seseorang boleh memilih tiga, lima, atau tujuh raka’at semau dia. Begitu pula ketika ia melakukan witir tiga raka’at, maka ia boleh melaksanakan 2 raka’at salam lalu 1 raka’at salam, atau ia melakukan tiga raka’at sekaligus. Begitu pula dalam hal qunut witir, ia boleh melakukan atau meninggalkannya sesuka dia. Di bulan Ramadhan, jika ia membaca qunut witir pada keseluruhan bulan Ramadhan, maka itu sangat baik. Jika ia berqunut di separuh akhir bulan Ramadhan, itu pun baik. Jika ia tidak berqunut, juga baik.” (Majmu’ Al Fatawa, 22: 271)

Keenam, baca dzikir.

Setelah Shalat Witir, baca dzikir pendek, seperti: “Subhaanal malikil qudduus”, sebanyak tiga kali dan mengeraskan suara pada bacaan ketiga (HR. An Nasai no. 1732 dan Ahmad 3/406).

Demikian panduan melaksanakan Shalat Tarawih dan Shalat Witir di rumah. Bagi Anda yang baru mulai menjadi imam, silakan perbanyak pengetahuan keislaman dengan banyak membaca atau mengikuti kajian-kajian keislaman.

Semoga Allah subhanahu wa ta’ala menerima segala amal ibadah kita, terutama ibadah-ibadah di bulan suci Ramadhan. Aamiin.

Wallahu a’lam bish shawab.

1 KOMENTAR

Tinggalkan Balasan ke Abdul Muhlis Rifai Batal balasan

Please enter your comment!
Please enter your name here