Israel Larang Wartawan Muslim Memasuki Kediaman Netanyahu

1101
Pangeran William (C-L) Inggris berjalan dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu (C-R) selama resepsi di kediaman duta besar Inggris di kota Israel Ramat Gan, timur Tel Aviv, Rabu (27/6/2018) (Foto: Sebastian Scheiner / AFP)

Israel, Muslim Obsession – Seorang wartawan Associated Press (AP) dilarang meliput kunjungan Pangeran William dari Inggris ke kediaman resmi Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Rabu (27/6/2018). Setelah agen keamanan menanyainya tentang agama dan latar belakang etnisnya.

Nebi Qena, produser televisi utama AP untuk Israel dan Palestina, ditahan di pintu masuk kediaman selama 45 menit. Hal ini memaksanya untuk absen. Sementara wartawan lain diizinkan masuk.

Qena, seorang warga Albania, telah bersama AP selama 10 tahun. Termasuk tiga lainnya yang berbasis di Yerusalem. Dia mengaku berulang kali ditanyai oleh penjaga keamanan tentang asal etnisnya.

Sedangkan rekan-rekannya yang lain ditanyai tentang agamanya, apakah dia seorang Muslim atau bukan. Padahal sebelumnya, Qena sudah mendaftar untuk acara tersebut dan diberi tahu bahwa dia akan diizinkan untuk meliput.

Sementara itu, Lauren Easton, Direktur Hubungan Media AP mengecam larangan liputan atas alasan profil etnis dan agama.

“Kami menyerukan kantor Perdana Menteri untuk segera menghentikan praktik-praktik bias semacam itu,” katanya, sebagaimana dilansir The National, Kamis (28/6/2018).

The Foreign Press Association (FPA), yang mewakili media Israel dan Palestina, juga mengutuk insiden tercela ini.

“Kami meminta kantor perdana menteri untuk meminta maaf segera, dan mendesak kantor Duke of Cambridge untuk berbicara menentang perilaku ofensif ini. Di mana hal ini telah merusak kunjungan bersejarah,” kata FPA.

Setelah bertemu Netanyahu, Pangeran William kemudian bertemu Presiden Palestina Mahmoud Abbas. Dia melakukan perjalanan menuju kamp pengungsi dekat kota Tepi Barat Ramallah, Kamis (28/6/2018). Pangeran menyuarakan harapannya untuk perdamaian di Timur Tengah.

“Saya sangat senang kedua negara kita bekerja sangat erat. Kita memiliki kisah sukses dengan pendidikan dan pekerjaan bantuan di masa lalu. Jadi, mungkin ini akan terus berlanjut,” kata William kepada Presiden Mahmoud Abbas. (Vina)

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here