Isra dan Mi’raj, Pelipur Lara Rasulullah ﷺ

611
Ilustrasi: Mi'raj Rasulullah ﷺ.

Muslim Obsession – Tahun ke-10 kenabian, menjadi masa kesedihan bagi Nabi Muhammad ﷺ. Di tahun yang kemudian dikenal sebagai ‘Aamul Huzn itu, Nabi Muhammad ﷺ mendapat musibah yang membuat dirinya sangat sedih.

Ada tiga peristiwa penting yang dicatat sejarah di tahun tersebut. Pertama, meninggalnya sang paman sekaligus pelindung dakwah Nabi Muhammad, yakni Abu Thalib bin Abdul Muthallib yang wafat pada usia 87 tahun.

Kesedihan Nabi Muhammad ﷺ sangat dimaklumi, mengingat Abu Thalib ini menjadi ‘pengganti ayahnya’ sejak beliau berusia 8 tahun. Pamannya inilah yang selalu menyemangati dan membela Nabi Muhammad ﷺ ketika mendapat gangguan dari kafir Quraisy.

BACA JUGA: Apakah Rasulullah Melihat Allah Saat Isra Miraj

Terlebih lagi, Abu Thalib wafat ketika Nabi Muhammad ﷺ tidak berhasil menjadikan pamannya itu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Kendati berkali-kali didakwahi, Abu Thalib tetap berpegang teguh pada ajaran nenek moyangnya.

Peristiwa kedua, adalah wafatnya istri tercinta Nabi Muhammad ﷺ, yakni Khadijah, di usia 65 tahun. Khadijah wafat tiga hari setelah Abu Thalib meninggal dunia. Khadijah merupakan istri sekaligus motivator utama Nabi Muhammad ﷺ yang senantiasa memberikan dukungan moril maupun materiil dalam mendukung dakwah Rasulullah ﷺ.

Khadijah tercatat sebagai Assaabiquunal Awwaluun, yakni orang-orang yang pertama masuk Islam. Sebagai istri, Khadijah menjadi sosok kesayangan Rasulullah ﷺ karena secara lahir dan batin menjadi pendamping setia di saat suka maupun duka. Dari Khadijah, Rasulullah ﷺ memiliki dua putra dan empat putri, yakni Qasim, Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum, Fatimah, dan Abdullah.

BACA JUGA: Catatan Penting di Balik Kisah Isra Mi’raj

Sepeninggal dua pendukung utamanya itu, kafir Quraisy semakin brutal melampiaskan nafsu amarah mereka untuk mengganggu dan menyakiti Nabi Muhammad ﷺ. Hal itu membuat Nabi Muhammad ﷺ bersama Zaid pergi ke Thaif, sebuah wilayah yang berjarak sekitar 80 kilometer dari tanah Suci Mekkah.

Ada sejumlah alasan Nabi Muhammad ﷺ memilih Thaif, antara lain karena di kota itu terdapat keluarga beliau yakni Kinanah yang bergelar Abu Jalail dan Mas’ud yang bergelar Abu Kuhal serta Habib. Mereka adalah para pembesar dan penguasa di Thaif yang berasal dari keturunan Tsaqif.

Bani Tsaqif sendiri merupakan salah satu suku Arab yang paling kuat. Logikanya, jika Bani Tsaqif memeluk Islam, maka akan menjadi kekuatan besar yang bisa mendukung dakwah Nabi Muhammad ﷺ.

Lagipula, jarak Thaif tidak jauh dari Mekkah sehingga orang Islam dapat membantu menyebarkan Islam di Thaif dan Mekkah. Namun sayangnya, ketika Nabi Muhammad ﷺ di Thaif, beliau diejek, disoraki, dan dilempari batu, bahkan sampai terluka di bagian kepala dan badannya.

BACA JUGA: Peristiwa Isra’ Mi’raj, Nabi Muhammad Tiba di Surga

Peristiwa Thaif menjadi kesedihan bagi Rasulullah ﷺ. Harapan beliau agar dakwahnya diterima oleh masyarakat Thaif tidak menjadi kenyataan. Alih-alih memberikan perlindungan dan bantuan kepada Nabi Muhammad ﷺ, mereka justru menolak bahkan mengusir Nabi Muhammad ﷺ.

Konon, penolakan dilakukan masyarakat Thaif karena mereka menghindari perselisihan dengan masyarakat Makkah. Di sisi lain, masyarakat Thaif juga telah terhasut oleh pengaruh Abu Jahal dan para pembesar kafir Quraisy yang memberitakan bahwa apa yang diajarkan Muhammad adalah kebohongan-kebohongan besar dan akan menyesatkan bangsa Arab.

Tiga peristiwa tersebut membuat hati Nabi Muhammad ﷺ sedih. Namun, Allah Ta’ala memiliki sebuah cara yang menjadi pelipur lara bagi kekasih-Nya tersebut. Allah Ta’ala memberikan hadiah sekaligus mukjizat kepada Nabi Muhammad ﷺ berupa perjalanan semalam yang sangat menakjubkan, Isra dan Mi’raj.

Isra Mi’raj diabadikan Allah Ta’ala dalam QS. Al-Isra. Rasulullah ﷺ mengalami perjalanan dari Masjidil Haram di Makkah ke Baitul Maqdis (Masjidil Aqsa) di Palestina, kemudian dilanjutkan ke langit ketujuh dengan kendaraan super cepat bernama Buraq.

Selama perjalanan tersebut, Rasulullah ﷺ ditunjukkan berbagai kebesaran Allah Ta’ala. Beliau diajak melakukan napak tilas perjalanan para Nabi dan Rasul sebelumnya, dipertemukan dengan para Nabi dan Rasul sebelumnya, juga melihat bagaimana keadaan surga dan neraka.

Isra dan Mi’raj menjadi perjalanan spiritual yang luar biasa. Perjalanan istimewa yang hanya diberikan kepada Rasulullah Muhammad ﷺ, sosok nabi akhir zaman yang menjadi pemimpin para Nabi dan Rasul. (Fath)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here