Integritas Politik Buya HAMKA

2512

Menjaga Syaraf dan Kehormatan Agama

Mengambil pelajaran dari kisah Abdullah ibn Syarih atau yang lebih dikenal dengan nama Ibnu Ummi Maktum, Buya HAMKA menurunkan tulisan berjudul “Pemimpin dan Ra’jat Djelata”. Baik, kita simak bagian akhir tulisan tersebut, sebagai berikut:

“Ah, kita berkali-kali silap. Berapa di antara kita, yang tadinya duduk bersama-sama dengan rakyat, sama-sama menitikkan air mata, sama-sama sakit, sama-sama senang; tiba-tiba kita dilambungkan oleh nasib ke atas, maka rakyat itupun kita lupakan. “Kian lama kita kian jauh daripadanya. “Pengharapannyapun hilanglah daripada kita.

“Berapa di antara kita yang merasa jijik, merasa sebagai derajat akan jatuh kalau bertemu dengan si melarat.

“Dan kita kaum Kiai pula, banyak di antara kita yang lupa menjaga syaraf dan kehormatan agama, karena harap hendak menarik hatinya orang yang bernama, yang berpengaruh di dalam negeri, sehingga lalai menjaga kebenaran; sehingga lantaran itu kita lalai menjaga hatinya orang yang lemah dan dhaif, yang mengharap petunjuk kita.

“Kejadian pada Ibnu Ummi Maktum itu haruslah menjadi i’tibar kepada kita, para pemimpin, para Kiai. Sebab, mata  umat senantiasa menantang mata kita, mengharap tuntunan kita.

“Dengan demikian, dapatlah kita menyumbangkan tenaga kepada cita-cita kemakmuran bersama.”

Rasanya kita belum pernah bertemu riwayat Buya HAMKA menolak tetamu dari golongan melarat.

Wallahu’alam bi alshawab.

Cicurug, 23 Agustus 2019

Bahan Bacaan:

  1. Abdul Malik K.A., Falsafah Hidup, Jakarta, Penerbit Djajamurni, Cetakan Keenam, 1961.

HAMKA, “Pemimpin dan Ra’jat Djelata” dalam Soeara Moeslimin Indonesia, 6 Rabi’ul Awwal 1363/1 Maret 2604

Lukman Hakiem, “Mengenang Alm. Buya HAMKA” dalam Kiblat No.10/Th. XXIX, 5-20 Oktober 1981.

Pelita, 9 Mei 1979 Tentang Dasar Negara Republik Indonesia dalam Konstituante Djilid III, tanpa kota, tanpa penerbit, tanpa tahun.

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here