Iman, Jembatan untuk Saling Mencintai

904

Oleh: Buya Mas’oed Abidin (Ulama dan Penulis)

Iman harusnya menjadi jembatan indah antara dua hati hamba Allah untuk saling bersaudara dalam pelukan kasih sayang.

Iman juga harusnya pula mengubah dua saudara layaknya pakaian yang saling menutupi ketika ada aib dan cela saudaranya ketika terbuka, layaknya pakaian yang menutup celah aurat untuk tidak terlihat.

Ia pun menjadi sebab terindah untuk menjadikan setiap hamba Allah berkasih sayang dalam iman untuk saling mengkuatkan dan bukan untuk saling melemahkan karena saudara iman selalu mengokohkan bukan untuk merapuhkan.

BACA JUGA: Kokohkan Tali Silaturrahim

Iman pula yang harusnya menjadikan setiap mukmin mengerti tentang kewajiban memberikan akhlaq terbaik kepada saudaranya walaupun terkadang berbeda dalam permasalahan ijitihadiya.

Iman tak pernah pula menjadikan pemiliknya menjadi sombong dan angkuh menerima sesuatu yang berbeda dari saudaranya sebagaimna para sahabat kadang mereka berbeda tapi mereka tetap saling mengasihi.

Maka berikanlah akhlaq terbaik yang engkau miliki kepada sesama mukmin karena sesungguhnya generasi terbaik umat ini mereka belajar untuk berakhlaq sebelum mereka belajar untuk perkara lainnya karena apabila engkau dibenci karena kebenaran maka itu anugrah dan apabila engkau dibenci karena akhlaq mu maka itu adalah musibah.

BACA JUGA: Ingatlah Hubungan Doa, Ikhtiar dan Takdir

Betapa mulia kehidupan akhlaq bagi setiap mukmin, dengannya dia akan belajar menghargai sesama mukmin lainnya sehingga bersama menuju kepada Allah dengan saling mengkuatkan dan tidak saling merasa angkuh untuk menerima kebenaran serta bersikap menghargai segala perbedaaan apabila dia mengerti bahwa masalah yang ada memang bersumber kepada dalil dalil yang ada.

Marilah belajar akhlaq sebelum belajar perkara lainnya karena para sahabat mempelajari adab bersamaaan dengan mereka mempelajari ilmu.

Karena sesungguhnya seorang mukmin memperhias dirinya di hadapan mukmin lainnya dengan adab dan akhlaqnya bukan dengan ringan lisannya dengan menjatuhkan vonis kepada saudaranya tanpa disertai kemarufan.

BACA JUGA: “Kalau Tak Sempat Masuk Islam Saat Mati, Akan Kutuntut Orang-Orang Islam di Kampungku”

Imam syafii menguraikan “barang siapa yang ingin Allah membukakan hatinya dan meneranginya maka hendaklah ia sering bersendirian dengan Allah, sedikit makannya, meninggalakan perkataan orang yang bodoh dan membenci ahli ilmu yang tidak memiliki sikap bijaksana dan beradab…. [lihat kitab tadzkirotus samii’wal mutakallimin 1/2].

Jadikanlah amalmu ibarat garam dan akhlaqmu ibarat tepung, perbanyaklah olehmu akhlaq yang mulia hingga perbandingan sebagaimana perbandingan tepung dan garam, dalam satu adonan karena banyak akhlaq walaupun sedikit amal itu lebih mulia dari pada banyak amal tapi miskin akhlaq dan tidaklah ada sesuatu yang paling bermanfaat setelah taqwa daripada akhlaq dan adab yang mulia.

Ya Allah muliakanlah akhlaq kami, luruskanlah lisan kami, santunkanlah sikap kami kepada saudara kami dan indahkanlah ucapan kami kepada saudara-saudara kami.

Wallahu a’lam bihs shawab.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here