Imam Besar Istiqlal: Masjid Harus Ada Ruang Sakralnya, Jangan Seperti Hotel

721

Jakarta, Muslim Obsession – Mendirikan masjid yang megah tentu menjadi kekaguman sendiri bagi para jamaahnya. Terlebih ketika sebuah masjid dapat menjadi tempat yang nyaman dan aman untuk beribadah.

Meski dibangun dengan berbagai fasilitas yang mewah maupun memadai, Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta Prof. DR. KH. Nasaruddin Umar mengingatkan kepada semua masyarakat agar semegah apapun masjid jangan sampai menghilangkan rasa ‘masjid’ dalam sebuah masjid itu sendiri.

“Kalau kami di Istiqlal tetap kami bagi dua, masjid itu harus ada unsur sakralnya. Tidak boleh dengan berbagai macam kegiatannya justru menghilangkan rasa ‘masjid’-nya dari masjid itu. Jangan jadi masjid itu rasa hotel, rasa pasar, rasa ‘masjid’-nya masjid itu mesti ada,” kata Nasaruddin seperti dikutip Kiswah, Rabu (7/10/2020).

Nasaruddin mengingatkan bahwa harus terdapat sebuah ruang utama dalam sebuah masjid. Itu adalah ruang yang dipergunakan para jamaah untuk melaksanakan tahiyat masjid.

“Jadi ruang utama di masjid itu, itulah tahiyat masjid. Pokoknya harus sakral tempat itu. Kewibawaan dan kesakralan masjid itu harus ada,” ujar Nasaruddin.

Namun, tak menutup kemungkinan untuk dibangun ruang-ruang kantor, halaman, dan wilayah sosial lainnya di bagian luar masjid. Hal yang terpenting adalah agar sebuah masjid tak kehilangan rasa ‘masjid’-nya itu sendiri.

“Tetapi di halaman-halaman, kantornya, itu wilayah sosialnya juga harus ada, itu saling mendukung semuanya. Tapi begitu kita masuk di ruang utama masjid itu, tetap rasa ‘masjid’. Kita ke luar masjid, itu ada rasa pasarnya, ada rasa kantornya, ada rasa hiburannya, macam-macam,” katanya.

Nasaruddin menjelaskan bahwa sejatinya tujuan utama sebuah masjid didirikan untuk menciptakan sajid. Ada pun sajid merupakan orang-orang yang sujud menyembah Allah SWT.

“Apa yang dimaksud masjid, tujuan utama masjid itu kan untuk menciptakan sajid yang baik. Jadi seringkali kita lupakan, masjidnya ditekankan,” kata Nasaruddin.

“Padahal sebetulnya, masjid Rasulullah itu fasilitas untuk melahirkan sajid yang baik. Apa itu sajid? Orang sujudnya, orang-orang sujud menyembah Allah SWT, menjadi khalifah yang sukses,” ujarnya.

Lebih lanjut, Nasaruddin menegaskan agar masyarakat tak salah paham dalam membangun sebuah masjid. Jangan sampai, lanjutnya, sebuah masjid dibangun mewah, tetapi melupakan sajidnya.

“Maka itu, perlu clear di sini bahwa jangan sampai nanti penekanannya pada masjidnya dibangun mewah, tapi sajidnya enggak ada yang masuk,” kata Nasaruddin.

Dia menambahkan, masjid dan sajid harus berbanding lurus. Di mana ketika akan membangun orang-orang yang mau bersujud, maka harus ada fasilitas untuk mewadahi orang-orang tersebut.

“Jadi harus berbanding lurus, orang sujudnya harus dibangun, fasilitas untuk membangun orang sujud itu ada masjidnya. Jadi sajid masjid,” Nasaruddin.

“Kalau kita disuruh memilih lebih penting mana membangun sajid atau masjid, lebih penting sajid,” katanya. (Albar)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here