Imam Besar Al-Azhar Tolak Penggabungan Agama Jadi Abrahamisme

616

Jakarta, Muslim Obsession – Imam Besar Al-Azhar, Sheikh Ahmed Al Tayyeb, menolak gerakan sosial yang ingin penggabungan agama dalam sebuah kepercayaan yang disebut Abrahamisme.

Al Tayyeb mengatakan bahwa seruan penggabungan agama semacam ini tidak mungkin dilakukan di dalam kepercayaan Islam.

“Berdasarkan keyakinan agama surgawi kami, kami percaya tidak mungkin bagi manusia dipersatukan dalam satu agama,” katanya, sebagaimana dikutip Arab News, Selasa (9/11).

Ia kemudian menjabarkan bahwa masyarakat dilahirkan dan dibesarkan dengan budaya yang berbeda. Beberapa perbedaan yang ada seperti warna, keyakinan, pikiran, bahasa, dan bahkan sidik jari.

Dengan demikian, menurut Al Tayyeb, tak mungkin menyatukan manusia dalam satu agama gabungan. Al Tayyeb juga menilai wacana penggabungan agama tadi bertentangan dengan nilai kebebasan berkeyakinan.

“Seruan ini, tampaknya, berusaha menggabungkan Yudaisme, Kristen, dan Islam dalam satu agama dengan nama Abrahamisme atau agama Abraham,” ujar Al Tayyeb.

Walaupun demikian, Al Tayyeb sadar bahwa wacana tadi digaungkan untuk mencegah konflik dan mempromosikan persatuan antar-manusia.

“Seruan ini, yang mirip dengan seruan globalisasi, mengakhiri sejarah, etika global, dan lainnya muncul untuk mempromosikan kebersamaan dan persatuan antar-manusia, pun juga menghapus penyebab percekcokan dan konflik,” katanya.

Sebagaimana dilansir The National News, Islam, Kristen, dan Yudaisme adalah tiga agama utama Abraham. Para penganutnya menganggap Abraham sebagai nabi atau figur bapak yang penting.

Ketiga agama tadi mengangkat kisah Abraham yang bersedia mengorbankan anaknya untuk Tuhan. Saat Abraham hendak mengorbankan sang anak, Tuhan menghentikan pengorbanan Abraham.

Sebelumnya, ia bersama Paus Fransiskus menandatangani Dokumen Persaudaraan Manusia, yang juga dikenal sebagai Deklarasi Abu Dhabi di Uni Emirat Arab. Dokumen ini menggarisbawahi nilai-nilai toleransi, perdamaian, dan kebebasan beragama.

“Kami, yang percaya kepada Tuhan dan pada pertemuan terakhir dengan-Nya dan penghakiman-Nya, berdasarkan tanggung jawab agama dan moral kami, dan melalui dokumen ini, menyerukan kepada diri kami sendiri, kepada para pemimpin dunia serta para arsitek kebijakan internasional dan ekonomi dunia, untuk bekerja keras menyebarkan budaya toleransi dan hidup bersama dalam damai,” demikian kutipan dokumen yang dirilis di situs resmi Vatikan. (Albar)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here