Imagining Indonesia

768

OlehImam Shamsi Ali (Presiden Nusantara Foundation, New York)

Saat ini saya sedang di Mekah melaksanakan ibadah umrah. Sambil menunggu sholat Isya saya menonton Al-Anba (berita) dia sebuah kanal TV Saudi. Saya terkejut tapi senang, sekaligus khawatir atas tindakan Amerika bersama sekutunya (Inggris dan Prancis) melancarkan serangan militer ke Suriah atas tuduhan bahwa Bashar Al-Asad melakukan serangan senjata kimia ke warganya sendiri.

Minggu lalu berita-berita yang menyayat hati itu memenuhi headlines media-media Amerika. Korban-Korban dari kalangan sipil, anak-anak khususnya, cukup menyedihkan bahkan menyakitkan hati mereka yang masih punya hati. Karenanya serangan militer Amerika dan sekutunya ini memberikan “relief” (rasa legah) dan sedikit menenangkan di satu sisi.

Akan tetapi tidak disangkal pula bahwa serangan ini juga cukup mengkhawatirkan di sisi lain. Berapa tidak, serangan ini memiliki konsekuensi militer global, minimal secara simbolik. Bahwa konflik Timur Tengah, termasuk Suriah yang menelan warga sipil yang tak berdosa itu, adalah eksperimen bagi kekuatan global yang sedang bertarung.

Lebih menyedihkan lagi bahwa umat Islam sejak perang Afghanistan telah menjadi bulan-bulanan percobaan persenjataan mereka yang punya kepentingan. Apalagi pihak-pihak kekuatan regional, bahkan kepentingan internal negara-negara kawasan ikut mengobarkan konflik tersebut.

Intinya, semua negara-negara yang terlibat tidak mungkin diharapakan dapat menjadi solusi. Amerika dan sekutunya, Rusia dan sekutunya, kekuatan regional Saudi dan Iran adalah bagian dari masalah. Belum lagi pertarungan internal di semua negara yang terlibat konflik itu semakin mengobarkan api konflik di kawasan itu.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here