IDAI Minta Kemenkes Setop Sementara Sirup Paracetamol Anak, Ini Alasannya

290
Ilustrasi: Mengompres anak yang terserang demam. (Foto: momsxyz)

Jakarta, Muslim Obsession – Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) meminta Kementerian Kesehatan (Kemenkes) agar menghentikan sementara penggunaan obat paracetamol sirup untuk pengobatan anak.

Ketua Umum Pengurus Pusat IDAI Piprim Basarah Yanuarso menyebut rekomendasi itu dilakukan sebagai bentuk kewaspadaan dini terkait temuan kasus kematian puluhan anak di Gambia, Afrika yang diduga karena mengkonsumsi obat sirup yang terkontaminasi dietilen glikol (DEG) dan etilen glikol (EG).

“Belajar dari Gambia dan kecurigaan DEG dan EG, maka sebagai kewaspadaan dini kami beri rekomendasi tak gunakan paracetamol sirup. Namun menarik obat bukan wewenang kami ya, ini sebagai kewaspadaan dini,” kata Piprim dalam acara daring, Selasa (18/10).

Piprim mengatakan penyebab penyakit gangguan ginjal akut progresif atipikal ini masih dalam proses investigasi IDAI bersama Kemenkes. Apabila bicara temuan terkini, sejumlah pasien juga mengidap Multisystem inflammatory syndrome in children (MIS-C).

Penyakit itu timbul dan menjangkiti anak dengan riwayat pernah terinfeksi atau melakukan kontak dengan penderita Covid-19. Namun setelah diberikan penanganan seperti Intravenous Immunoglobulin (IVIG), sejumlah pasien membaik dan lainnya tidak. Dengan demikian, MIS-C tidak bisa dikonfirmasi menjadi penyebab penyakit ini.

Selain itu, apabila dikaitkan dengan pemberian paracetamol sirup, ia lantas mencontohkan temuan kasus di Daerah Istimewa Yogyakarta. Seorang ibu melaporkan tiga dari empat anaknya yang mengalami gejala batuk dan pilek.

Anak yang lebih tua diberikan paracetamol dan tidak mengalami perburukan gejala, sementara adiknya yang berusia tujuh bulan tidak diberikan penanganan apa-apa namun kemudian terkonfirmasi mengalami penyakit gangguan ginjal akut progresif atipikal ini.

“Makanya kita belum konklusif apa karena paracetamol sirup, belum sepenuhnya ke situ karena ada AKI (acute injury kidney) berat dan tidak disebabkan paracetamol sirup. Karena beberapa daerah laporannya berbeda. Ini masih misteri,” ujar Piprim.

“Ada juga kecurigaan obat-obatan impor, dan sekarang sedang kita periksa di Puslabfor,” imbuhnya.

IDAI kemudian melaporkan kasus gangguan ginjal akut progresif atipikal di Indonesia mencapai 192 orang per hari ini, Selasa (18/10). Lonjakan kasus bulanan tertinggi tercatat terjadi pada September 2022 dengan 81 kasus yang dilaporkan.

Temuan ratusan kasus itu didapatkan dari 20 provinsi di Indonesia. Temuan kasus terbanyak terjadi di DKI Jakarta dengan 50 kasus, kemudian Jawa Barat dan Jawa Timur masing-masing 24 kasus, Sumatera Barat 21 kasus, Aceh 18 kass, dan Bali 17 kasus. (Al)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here