Hejaz Railway Museum Destinasi Wisata Andalan Arab Saudi

1453
Hejaz Railway Museum
Hejaz Railway Museum termasuk salah satu destinasi wisata andalan Arab Saudi yang kini sedang direstorasi. (Foto: Twitter)

Madinah, Muslim Obsession – Kota Madinah, Arab Saudi, dan Kota Damaskus, Suriah pernah terhubung oleh jaringan rel kereta api. Jejak transportasi itu kini bisa dilihat di Hejaz Railway Museum, Madinah. Museum kereta api itu kini berubah menjadi restoran.

Dikutip dari Kemenag, Selasa (18/9/2018), Hejaz Railway Museum lebih mirip taman. Museum yang jaraknya sekitar 2 kilometer dari Masjid Nabawi tersebut. Tiket masuk hanya 5 riyal atau sekitar Rp 20 ribu per orang. Saat peak season tiket dijual dengan harga dua kali lipat atau 10 riyal. Namun,  jangan harap mendapat bukti tiket. Begitu uang diserahkan, petugas loket langsung mempersilakan masuk tanpa memberi kertas tiket.

Pengunjung saat itu sedang sepi. Hanya ada beberapa keluarga Arab yang terlihat duduk-duduk di kursi taman. Ada juga beberapa perempuan yang mengenakan abaya dan cadar berwarna hitam.

“Kalau sore memang sepi, soalnya menjelang Magrib. Setelah salat Isya biasanya ramai,” kata Mohammed Hamim, sang penjaga loket yang lumayan mampu berbahasa Inggris.

Arab Saudi memang menerapkan aturan ketat pada semua pelaku usaha. Setiap terdengar suara azan, semua aktivitas usaha harus berhenti. Tidak boleh tidak. Selesai salat baru boleh buka lagi.

Di dekat pintu masuk museum terdapat satu gerbong berwarna cokelat. Gerbong itu pernah berjaya pada masanya. Agak masuk ke dalam terdapat amphitheater mini untuk tempat pertunjukan atau sekadar nongkrong. Di antara pepohonan terdapat jalan setapak.

Sisi kiri dan kanannya dilengkapi bangku panjang untuk tempat duduk pengunjung. Ada pula taman rumput yang dihiasi  pepohonan kurma. Saat malam, lampu biru dan kuning yang melilit pohon kurma itu menyala. Pemandangan terasa makin warna-warni.

Di pinggir taman terdapat kios-kios yang menyajikan aneka cemilan dan minuman. Agak aneh rasanya melihat pemandangan serba hijau di Arab Saudi yang panas dan tandus.

’’Kota Madinah memang beda dengan Makkah. Tata kota Madinah lebih baik. Banyak taman. Lebih tentram,’’ jelas M. Rofi’i, warga Indonesia yang menjadi penerjemah bagi petugas haji.

Di ujung museum ada dua lokomotif yang pernah beroperasi pada tahun 1900-an. Namun, dua lokomotif itu telah dirombak menjadi restoran unik. Lokomotif dicat warna hitam dan tersambung dengan 12 gerbong. Tapi, bukan gerbong asli. Gerbong-gerbong itu telah disulap menjadi ruang makan. Saat malam, restoran lokomotif itu terlihat lebih hidup karena dihiasi lampu sorot.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here