Hebat! Hanya dengan Smartphone, Siswi Madrasah Terbitkan 4 Novel Selama Pandemi

630
Nurul Aini, siswi MA Mathlaul Anwar Pasir Durung, Bungur Copong yang sukses terbitkan empat novel. (Foto: kemenag)

Pandeglang, Muslim Obsession – Pandemi Covid-19 tak hanya membuat kesulitan bagi banyak orang. Ada juga kisah bahagia, seperti yang dirajut Nurul Aini, siswi Madrasah Aliyah (MA) Mathlaul Anwar Pasir Durung, Bungur Copong, Picung, Pandeglang.

Mengutip Kemenag, Senin (27/9/2021), di tengah pandemi yang mengharuskannya belajar secara jarak jauh, Aini justru berhasil merampungkan empat novel selama masa pandemi.

Waktu luang selama pembelajaran jarak jauh (PJJ) dimanfaatkan Aini untuk menulis. Hebatnya, keempat karya itu ditulis hanya dengan smartphone yang dibelikan ayahnya untuk menunjang PJJ.

Siswi yang memiliki nama pena Aini Rahmat itu mengaku mulai serius menulis sejak tahun 2020, seiring adanya kebijakan pembelajaran daring.

“Mulai suka nulis itu tahun 2019. Dari situ belajar dasar-dasarnya. Cuma mulai bener-bener serius nulis itu tahun 2020. Karena kan waktu luangnya banyak, kan pas ada daring. Kadang ngisi waktu luang pas selesai ulangan itu nulis-nulis,” katanya.

Keempat novel yang sudah terbit berjudul: 1) Sejarah Cinta; 2) Dokter, Cita-cita, Cinta, dan Rahasia; 3) Sesat; dan 4) Bulan Berandal. Aini mengaku saat ini tengah menggarap tiga novel lainnya yang sudah hampir selesai.

“Ada tiga novel lagi yang sedang digarap.Yaitu, A Women, Nostalgia SMA Tahun 1990, dan Tragedi Gunung Karang,” tuturnya.

Menulis dengan smart phone, menurut Aini, cukup menyulitkan. Namun, itu tidak menyurutkan semangat karena hanya itu sarana yang dimilikinya.

“Kesusahan tulisannya itu kecil, kurang leluasa kalau ngetik. Kadang pusing juga karena terlalu dekat sama mata. Susah mau koreksinya juga,” imbuhnya.

Dalam kondisi pandemi, Aini juga merasa kesulitan dalam memasarkan produknya. Apalagi, harga buku relatif tidak murah. Tapi Aini tidak menyerah.

Aini berharap, hasil menulis ini bisa ditabung untuk membeli Laptop sehingga bisa lebih leluasa dan lebih produktif lagi dalam menumpahkan ide dan imajinasinya.

“Pengen jadi lebih baik lagi, lalu ada fasilitas lebih baik lagi untuk bikin novel, seperti leptop, kacamata ultraviolet dan tempat nyaman untuk nulis. Selama ini nulis tergantung di mana aja yang nyaman, banyaknya di ruang keluarga. Gak di kamar karena gak punya kamar sendiri,” pungkasnya. (**)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here