Haruskah Air Rebusan Mi Instan Diganti Dua Kali?

562

Jakarta, Muslim Obsession – Sering ditemukan orang masak mi instan dengan mengganti air rebusannya sebanyak dua kali. Alasannya, air diganti agar lebih sehat, tidak terlalu menyerap bahan pengawet. Benarkah demikian?

Dokter dan Ahli Gizi Masyarakat DR.dr. Tan Shot Yen, M. Hum. menjelaskan secara terinci mengenai air rebusan pertama mi instan ini.

Mengutip Kompas.com, air rebusan mi instan cenderung berwarna keruh setelah dimasak. Warna tersebut dihasilkan dari kebanyakan mi instan yang berwarna kuning.

Warna air yang berubah setelah dimasak bersama mi instan tidak membahayakan dan tetap bisa dikonsumsi langsung bersama mi instan.

“Semua isi yang sudah masuk kemasan makanan dan teregister BPOM itu artinya sudah aman dan higienis menurut standar,” kata Dokter dan Ahli Gizi Masyarakat DR.dr. Tan Shot Yen, belum lama ini.

Menurut Tan, tidak ada aturan khusus untuk mengganti air rebusan mi instan. Mengganti air rebusan mi instan atau tidak, bisa diikuti sesuai petunjuk masak mi yang tertera di kemasan.

“Jika air rebusannya bahaya, maka mi lebih bahaya lagi dong? Wah, itu menyesatkan,” lanjutnya.

Dalam buku “Mi Instan Mitos, Fakta dan Potensi” (2016) oleh FG Winarno terbitan Gramedia Pustaka Utama menuliskan bahwa air rebusan mi instan justru mengandung nutrisi.

Terdapat garam (mineral) dan vitamin dalam air rebusan mi instan yang larut saat mi instan dipanaskan atau direbus.

Selain itu, membuang air rebusan mi instan dapat menurunkan cita rasa mi instan itu sendiri.

Takaran konsumsi mi instan
Menurut Tan, mi instan adalah salah satu produk ultra proses yang dapat menyebabkan banyak masalah kesehatan apabila dikonsumsi tanpa literasi gizi.

Produk ultra proses seperti mi instan dianggap sebagai penyokong pertumbuhan ekonomi dan industri karena praktis dan mudah didapat.

Namun, produk ultra proses justru bisa menyebabkan timbulnya beberapa masalah kesehatan seperti pencetus obesitas hingga gangguan gizi terutama pada tumbuh kembang anak.

“Istilah bahaya itu relatif. Gak ada orang makan mi instan lalu kejang-kejang atau langsung sakit. Nah, urusannya beda jika disebut berbahaya bila jadi kecanduan, terlalu sering, dan terlalu banyak. Karena itu, biasakan baca label dan pahami kebutuhan tubuh,” kata Tan.

Tidak ada takaran pasti seberapa banyak mi instan yang bisa dikonsumsi oleh satu orang pada jangka waktu tertentu.

Tan menuturkan bahwa sedikit banyaknya jumlah mi instan yang bisa dikonsumsi tergantung pada derajat sensitivitas dan kecanduan seseorang.

“Celakanya, orang tidak tahu saat masalah itu datang karena kerap tidak bergejala seperti hipertensi hingga gangguan gizi. Sebab, mi instannya itu tidak mencukupi kebutuhan gizi harian,” ujar Tan. (Albar)

BAGIKAN

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here