Harga Mahal, Ridwan Hisjam Ajak Masyarakat Boikot Minyak Goreng

505
Anggota DPR Komisi VII Ridwan Hisjam (kanan) hadir pada acara Malam Dakwah Membangun Umat Madani
Anggota DPR Komisi VII Ridwan Hisjam (kanan) hadir pada acara Malam Dakwah Membangun Umat Madani

Jakarta, Muslim Obsession – Ketua Dewan Pembina Padepokan Kosgoro 57 Ridwan Hisjam mendukung pernyataan yang disampaikan Ketua Dewan Pengarah BRIN Megawati Soekarnoputri terkait kelangkaan dan mahalnya minyak goreng yang membuat warga pada rela mengantre panjang demi mendapatkan satu liter minyak goreng.

Sama dengan Megawati, Ridwan menilai, masyarakat tak perlu berburu minyak goreng murah dengan desak-desakan mengantre. Masyarakat bisa memilih cara masak yang lain, tanpa harus ketergantungan dengan minyak goreng. Misalnya dengan direbus, atau dikukus.

“Apa yang disampaikan Ibu Mega benar, masyarakat tidak perlu heroik dengan adanya kelangkaan minyak goreng yang membuat antrean panjang. Kalau memang tidak ada minyak goreng, atau ada tapi harganya mahal, ya sudah tidak perlu dibeli, ganti masakan dengan cara merebus atau dikukus,” ujar Ridwan saat dihubungi, Sabtu (19/3/2022).

Lagi pula kata Ridwan, masakan dengan cara direbus, atau dikukus jauh lebih sehat daripada digoreng dengan minyak sawit karena mengandung kolestrol tinggi. Untuk itu, Ridwan mengajak masyarakat agar tidak ketergantungan dengan minyak goreng sebagai media memasak.

“Kita bisa kembali ke zaman dulu, minyak goreng kemasan itu kan baru ada tahun 90an. Dulu orang tua kita itu justru lebih senang memasak dengan rebusan, atau dikukus, dan nyatanya waktu belum ada minyak goreng, masyarakat tidak ada masalah, sehat-sehat saja,” terang Ridwan.

Dengan kejadian seperti sekarang ini, menurut Ridwan menjadi kesempatan masyarakat untuk membuat gerakan boikot minyak goreng. Ridwan juga menyayangkan minyak goreng saat ini harganya jauh lebih mahal dari sebelumnya karena permainan para mafia yang sengaja menimbun minyak goreng untuk keuntungan pribadi.

“Kalau memang minyak goreng ada, tapi mahal, ya sudah sekalian kita ramai-ramai boikot minyak goreng. Masyarakat tidak perlu beli mingak goreng. Toh! Tanpa minyam goreng kita masih bisa hidup. Nanti biar mereka “pengusaha” yang pusing, karena produk minyaknya diboikot karena tidak ada yang beli,” jelas Ridwan.

Berkaca pada Jepang, Ridwan menyebut, negara Sakura ini, justru dikenal masyarakat tidak suka makanan yang digoreng, mereka lebih suka dengan makanan yang direbus. “Kalau Jepang negara yang jauh lebih maju dari kita saja juga bisa, mengapa kita tidak!”Tandasnya.

Maka siapapun lanjut Ridwan, baik pengusaha atau oknum pemerintah yang telah bermain dalam kelangkaan minyak goreng, sehingga mahal, maka sama saja tidak punya jiwa nasionalisme karena telah membuat masyarakat kecil semakin susah. “Mereka sudah tidak punya empati dengan nasib masyarakat kecil,” tuturnya.

Untuk itu, dengan ajakan Megawati kepada masyarakat untuk untuk tidak ketergantungan dengan minyak sawit, Ridwan sangat setuju agar BRIN bersama Dirjen IKMA Kementerian Perindustrian membuat pelatihan membuat minyak goreng dari kelapa atau tumbuhan lain sesuai ke khasan dari daerah masing-masing.

“Kalau pun kita butuh minyak goreng, tidak harus dari sawit. Dirjen IKMA Perindustrian bisa membuat pelatihan home industry untuk membuat minyak dari pohon kelapa. Atau dari tumbuhan lain, sesuai khas daerahnya masing-masing. Itu sangat bisa kita lakukan bekerjasama dengan BRIN. Tujuannya masyarakat jauh lebih mandiri untuk mencipatkan swasembada minyak goreng,” jelasnya.

Dengan kejadian seperti ini, pemerintah kata anggota Komisi VII DPR ini, tidak perlu lagi memberikan subsidi minyak goreng sawit. Lebih baik subsidi diberikan untuk energi. Seperti BBM, gas dan lain sebagainya.

“Minyak goreng mahal, tidak masalah mau sampai Rp100 juga nggak masalah. Kita nggak usah beli. Lebih baik subsidi diberikan untuk kebutuhan energi. Karena minyak goreng tidak masuk kebutuhan pokok. Kita masih bisa hidup tanpa minyak goreng,” tandas Politisi Partai Golkar ini. (Albar)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here