Haedar Nashir: Pancasila Jangan Dimaknai Sebatas Seremonial

521
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir.

Jakarta, Muslim Obsession – Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan, Pancasila yang sudah menjadi dasar negara dan ideologi negara di kodifikasi dan konsensus nasional adalah Pancasila 18 Agustus 1945 dengan pengalaman sejarah yang panjang di era orde lama, orde baru, dan setelah reformasi selama dua dasawarsa.

“Maka bagaimana kita memperingati lahirnya pancasila itu bukan hanya ritual dan seremonial maupun juga dalam jargon dan retorika,” tutur Haedar pada Senin (31/5).

Haedar mengajak seluruh warga bangsa untuk mewujudkan Pancasila. Pertama, menerapkan Pancasila dalam kehidupan bernegara, melalui seluruh institusi kenegaraan agar betul-betul menjadikan setiap sila Pancasila sebagai dasar nilai, dasar pijakan mengambil keputusan dan orientasi dalam kebijakan tersebut agar tetap berada di koridor Pancasila.

“Pertentangan sering terjadi karena kebijakan-kebijakan negara itu tidak sejalan dengan jiwa, alam pikiran, dan moralitas Pancasila,” tegas Haedar.

Kedua, Pancasila harus menjadi pedoman hidup berbangsa bagi seluruh komponen dan warga bangsa, termasuk para elit bangsa.

“Pancasila tidak cukup hanya dihapal, menjadi doktrin, dan pemikiran, Pancasila harus kita praktekkan dan kita warga bangsa, elit bangsa dimanapun berada dan dalam posisi apa pun harus menjadi contoh teladan di dalam mempraktekkan Pancasila, menjadi insan-insan yang Berketuhanan Yang Maha Esa, Berperikemanusiaan yang adil dan beradab, Berpersatuan Indonesia, Berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan Berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesi. Kata “ber” menunjukkan kata kerja, artinya Pancasila dijadikan praktik nyata dalam berbangsa dan bernegara,” tutur Haedar.

Terakhir, perumusan Pancasila untuk menjadi bahan sosialisasi dalam kehidupan bernegara jangan mengulangi yang telah terjadi di masa lalu. Dimana kita atau sebagian kita atau kebijakan itu secara sadar atau tidak meyimpangkan Pancasila dari sila-silanya yang substansial menjadi hal-hal yang indoktrinatif di luar substansi yang seobjektif mungkin dari nilai-nilai Pancasila itu sendiri.

“Jauhi politisasi Pancasila untuk kepentingan apa pun, karena kita belajar dari sejarah setiap reduksi, penyimpangan, dan politisasi Pancasila akan menimbulkan ketikdapercayaan pada Pancasila itu sendiri dan pada kebijakan-kebijakan negara yang berkaitan dnegan Pancasila semuanya memerlukan ketulusan, kejujuran, jiwa negarawan, wawasan yang luas dan semangat kebersaaman dalam mewujudkan Pancasila sebagai ideologi negara. Jangan membawa pancasila menjadi sesuatu yang sempit dan jangan juga membawa Pancasila melebihi dirinya itu lah Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara. Temptkan Pancasila secara proporsoional sebagai dasar dan ideologi negara,” tutup Haedar. (Albar)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here