Habib Luthfi: Jangan Gampang Menuduh Amalan Orang Lain dengan Syirik

64
Habib Muhammad Luthfi bin Yahya.
Habib Muhammad Luthfi bin Yahya.

Muslim Obsession – Rais Aam Idarah Aliyah JATMAN (Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al Mu’tabarah An Nahdliyah) Maulana Habib Luthfi bin Yahya mengingatkan kepada semua agar tidak gampang melabeli amalan seseorang dengan istilah syirik.

Sebab, syirik tempatnya ada di hati, bukan di mulut. Oleh karenanya umat Islam tidak boleh gampang menuduh dan mengatakan syirik pada orang lain.

“Syirik itu letaknya di i’tiqad (keyakinan) dan tempatnya i’tiqad di hati,” tegas Habib Luthfi saat pelantikan jajaran pengurus Idarah Wustha JATMAN Provinsi Lampung masa khidmat 2019-2024 di Pesantren Darul Maarif Banjar Negeri, Natar, Lampung Selatan, Senin (10/2) malam.

Ia memberi contoh bagaimana saat ini ada sebagian kelompok yang dengan gampangnya menuduh orang yang ziarah kubur dengan kata syirik. Padahal hanya yang melakukan ziarah dan Allah lah yang tahu apa yang ada di dalam hatinya.

“Memperingatkan (orang ziarah) boleh dengan hati-hati jangan sampai melakukan kesyirikan. Tapi kalau nuding (sudah melakukan kesyirikan) itu yang nggak bener,” tegasnya.

Oleh karenanya menurut Habib Luthfi, para ulama terdahulu khususnya tarekat sudah memikirkan bagaimana umat senantiasa menjadi pribadi yang saleh dan memiliki kesucian hati dan prilaku. Para ulama selalu memandang orang lain dengan cara yang baik dan penuh husnuzan (berbaik sangka).

Di sinilah menurutnya peran tarekat yang mengedepankan kelembutan hati dan kedekatan diri dengan sang Khalik. Tarekat mengupayakan pembersihan diri dari sifat-sifat sombong, takabur, dengki, hasad dan sejenisnya.

Habib Luthfi pun menjelaskan apa sebenarnya yang dimaksud dengan tarekat. Banyak kesimpangsiuran dan perbedaan dalam memahami tarekat dan sekaligus ada yang merasa tarekatnya lebih baik dari yang lain.

“Inti tarekat adalah Lailaha Illallah Muhammadurrasulullah. Ini adalah alat pemersatu. Tarekat manapun tidak pernah meninggalkan zikir. Luasnya kalimat ini (tauhid) tidak terukur,” tegasnya

Habib Luthfi mengibaratkan kalimat tauhid seperti lautan dan tarekat seperti kapal yang berlayar di lautan. Berbagai jenis kapal baik besar maupun kecil dengan keistimewaannya masing-masing berjalan di laut yang sama.

“Kapal boleh berbeda, kapal boleh terpisah, tapi laut tak bisa dibedakan. Begitu juga bendera boleh banyak tapi ingat, merah putih cuma satu. Setuju?,” katanya dijawab setuju oleh jamaah yang hadir dari berbagai penjuru Lampung.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here