Gelombang Baru Umat Islam 2023, Anies Baswedan: Parmusi Bisa Menjadi Motor Penggerak

1589
Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan memberi sambutan pada acara Mukernas II Parmusi di Hotel Mercure Jakarta Batavia, Jakarta Barat, Jumat (27/05/2022). (Foto: Edwin B/ Muslim Obsession)

Muslim Obsession – Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan berharap Parmusi (Persaudaraan Muslimin Indonesia) menjadi motor penggerak bagi gerakan baru yang gelombangnya akan mewarnai umat Islam di Indonesia pada tahun 2023.

Menurutnya, jumlah 86 persen umat Islam di Tanah Air harus disatukan dalam satu persaudaraan, bukan terpecah menjadi segmen-segmen kecil berdasarkan analisis sosiologis yang dipahami selama ini.

“Dan harus selalu diingatkan bahwa Parmusi merupakan Persaudaraan Muslimin Indonesia. Ini harus menjangkau semua. Kalau disebutkan umat Islam di Indonesia itu 86 persen, maka jangan dibagi-bagi lagi. Terlalu sering 86 persen ini dibagi-bagi, lalu tinggal 10, 15, 20, 30 persen. Ini semuanya dan Parmusi harus menjadi simbol persaudaraan itu semua,” ungkap Anies saat menyampaikan pidatonya dalam Pembukaan Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) II Parmusi di Hotel Mercure Jakarta Batavia, Jumat (27/5/2022).

“Sebanyak 86 persen ini harus dijangkau semua. Jangan kita ikut-ikutan analis sosiologis yang melakukan kategorisasi. Biarlah itu menjadi urusan analis sosial. Tapi bagian Parmusi adalah menjaga keutuhan umat Islam di Indonesia,” sambungnya.

Anies meyakini Parmusi bisa mewujudkannya, terlebih saat ini dipimpin Usamah Hisyam yang dinilainya sebagai seorang entrepreneur, yakni seseorang yang mampu mengubah kesempitan menjadi kesempatan.

Oleh karenanya Anies mengajak para kader untuk mengetahui kembali sejarah Parmusi dan sejarah perjalanan umat Islam Indonesia, bagaimana Parmusi dan umat Islam di Indonesia sesungguhnya memiliki peran yang luar biasa.

KH. Ma’ruf Amin saat berkunjung ke kediaman Ketua Umum PP Parmusi H. Usamah Hisyam, Jumat (15/6/2018).

Connecting Muslim

Pernyataan Anies sejalan dengan tagline “Connecting Muslim” yang diusung Parmusi, dimana banyak kader dari beragam latar belakang tradisi keagamaan, ormas, dan partai politik yang berkegiatan di Ormas Islam pimpinan Drs. H. Usamah Hisyam, M.Sos tersebut.

Dengan “Connecting Muslim”, Parmusi mampu menjangkau semua kalangan dan strata masyarakat di Tanah Air, termasuk bekerja sama dengan Ormas Islam lainnya dan para tokoh maupun ulama di luar struktur organisasi Parmusi.

Salah satunya tampak dalam keakraban Usamah Hisyam dengan KH. Ma’ruf Amin. Keduanya kerap saling berkunjung, terutama saat Kiai Ma’ruf menjadi Rais Aam PBNU.

Kiai Ma’ruf sempat berkunjung ke kediaman Usamah Hisyam pada Jumat (15/6/2018), usai memberikan khutbah shalat Idul Fitri di Masjid Asy-Syarif Al-Azhar BSD City, Tangerang Selatan.

Wakil Presiden saat ini itupun pernah mengunjungi Usamah yang mendapatkan perawatan usai menjalani operasi jantung di RS Pondok Indah pada Selasa (16/4/2019).

Parmusi juga memiliki hubungan erat dengan mantan Ketua Umum PB Muhammadiyah Prof. Dr. Din Syamsuddin. Sosok yang saat itu menjadi Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) hadir untuk membuka Jambore Nasional Dai Parmusi yang digelar di Gungung Gede Pangrango pada 24-27 September 2018.

Prof. Dr. Din Syamsuddin. (Foto: Bal/OMG)

“Connecting Muslim” menjadi bekal bagi Parmusi untuk mewujudkan persaudaraan antarumat Islam, seperti yang dicita-citakan umat Islam di Tanah Air pada umumnya. Yakni ukhuwah islamiyah yang erat dalam bingkai NKRI.

Nuansa “Connecting Muslim” juga sejatinya tampak pada personil yang mengisi struktur organisasi Parmusi, baik di tingkat pusat, wilayah, maupun daerah. Mereka berasal dari lintas partai politik dan ormas yang memiliki kesamaan visi dan misi dalam gerakan Dakwah Ilallah yang dilaksanakan Parmusi.

Di level penggerak dakwah, Parmusi didukung para Manager Dakwah yang rata-rata merupakan para dai yang memiliki pendidikan dan pengalaman luas di medan dakwah. Banyak di antara mereka yang memiliki gelar akademik Magister hingga Doktoral.

Pun demikian, di struktur organisasi pusat, Parmusi diisi oleh para pakar dari beragam bidang. Pada Pembukaan Mukernas II Parmusi, misalnya, tampak sejumlah tokoh nasional dan ulama yang berada dalam struktur organisasi Parmusi tersebut.

Di antaranya adalah KH. Abah Raodl Bahar Bakry (Ketua Majelis Syariah PP Parmusi), Dr. KH. Badruddin Subki (Wakil Ketua Majelis Syariah), Prof. Dr. Laode Masihu Kamaluddin (Ketua Majelis Penasihat PP Parmusi), Ir. Abdurahman Syagaff (Sekjen Parmusi), dan Ustadzah Fahira Idris (Ketua Umum PP DAIYAT Parmusi).

Tampak hadir juga Prof. Dr. KH. Husnan Bey Fananie, MA (Ketua Bidang Pendidikan PP Parmusi), Dr. KH. Bukhori Abdus Shomad (Ketua Lembaga Dakwah/LDP PP Parmusi), Ustadz Dr. M. Ubaidillah (Wakil Ketua LDP), KH. Abdul Ghoni, MA (Wakil Ketua LDP), Ustadz Bernard Abdul Jabbar (Wakil Ketua LDP), Dr. KH. Buchory Muslim (Ketua Lembaga Komunikasi dan Penyiaran Islam PP Parmusi), Dr. H. Serian Wijatno (Ketua Lembaga Pendidikan) yang merupakan Ketua Umum Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI), serta masih banyak tokoh nasional dan ulama lainnya.

Dakwah Konversi Tiga Abad

Di sisi lain pada kesempatan yang sama, Anies juga menegaskan, salah satu yang harus diperhatikan adalah soal pendidikan. Saat ini, menurutnya, ketika orang-orang hidup di abad 21, anak-anak harus belajar pada guru-guru yang lahir di abad 20 dengan ruang sekolah peninggalan abad 19.

“Jadi tiga abad itu sekarang jadi satu tempat, di tahun 2022. Kalau datang ke sekolah, bangunannya dari abad 19, gurunya abad 20, sementara siswanya abad 21. Ini perlu terobosan,” tandasnya.

Anies mengingatkan bahwa Parmusi beruntung memiliki banyak tokoh yang menyokong pergerakan dakwahnya.

Salah satunya adalah Ketua Majelis Penasihat Prof. Dr. Laode Masihu Kamaludin, seorang pendiri Islamic Network (IsNet) tahun 80-90an yang menjadi platform digital di masa orang-orang belum berdigital.

“Orang-orang yang sekolah saat itu tahu betul. Inilah Gelombang Pertama yang bergerak melampaui zaman karena pada saat itu tidak ada yang berbicara soal digitalisasi,” ujarnya.

Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu berharap, tiga abad yang dimaksud dapat dikonversi menjadi satu. Bangunan di abad 19, guru abad 20, dan siswa abad 21, dengan hikmah adanya pandemi Covid-19, semuanya harus dikonversi ke dalam abad 21.

“Ini perlu terobosan dan tidak mudah. Bagaimana dakwah sekarang menggunakan tidak hanya aplikasi teknologi (handphone) ini, tapi yang lebih penting adalah materinya. Materi yang dibuat oleh orang-orang kreatif dan inovatif,” urainya.

Anies membayangkan, jika alat (handphone) dan isinya sudah dkuasai, maka akan menjadi kolaborasi luar biasa.

“Bayangkan jika kegiatan dakwah Desa Madani digabung dengan pemanfaatan teknologi terbaru lalu dia menjadi sistem Pendidikan dakwah ala Parmusi. Itu dahsyat. Dan ini tidak boleh hanya menjadi wacana, tapi harus dikerjakan sehingga 86 persen tadi dapat terjangkau semua,” tandasnya. (Fath)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here