Geliat Islam di Samudera Hindia

1357

Di samping perdagangan lintas samudera, Islam adalah elemen yang menyatukan setidaknya lima kawasan di barat, utara dan timur Samudera Hindia. Kelimanya, yakni Afrika timur, Arab, Persia, India dan Asia Tenggara, awalnya dipisahkan oleh agama dan tradisi berbeda. Laut tak hanya menjadi jalur transportasi komoditas perdagangan, tapi juga sarana migrasi dan penyebaran agama. Saat orang-orang Eropa datang dan menguasai Samudera Hindia di abad ke-15, Islam telah menjadi agama mayoritas penduduk di pesisirnya. Para saudagar dan pemimpin Muslim lokal ini pada suatu masa pernah menguasai perekonomian kawasan pesisir, sebelum akhirnya ditaklukkan oleh orang Eropa, seperti yang terjadi pada Kesultanan Malaka.

Di abad ke-21, Samudera Hindia kian penting, tidak hanya bagi negara-bangsa yang melingkarinya, tapi juga untuk kekuatan global dari luar kawasan, termasuk Amerika Serikat dan Cina. Ini tidaklah mengherankan karena di samudera ini terdapat banyak titik yang menjadi urat nadi ekonomi dunia, seperti Terusan Suez, Selat Hormuz dan Selat Malaka. Kawasan ini juga merupakan salah satu kawasan yang paling banyak memproduksi minyak lepas pantai. Potensi ikannya juga luar biasa.

Di sisi lain, ada kemungkinan konflik besar bisa pecah sewaktu-waktu di sini, seperti antara India dan Cina dan antara India dan Pakistan. Maka, sebagian orang, seperti pengamat keamanan Asia Pasifik, Donald L. Berlin, percaya bahwa Samudera Hindia adalah kawasan kunci di abad ke-21, menggantikan Eropa dan Asia Timur bagian utara di abad sebelumnya. Masa depan dunia ditentukan oleh siapa yang menguasai Samudera Hindia. Yang jelas, Islam telah mewarnai perjalanan sejarah masyarakat di berbagai arah mata angin di lautan ini selama setidaknya seribu tahun terakhir dan tampaknya masih akan terus memainkan peranannya di masa yang akan datang.

Tulisan ini telah dimuat di Majalah Suara Muhammadiyah Edisi 18 Tahun 2017.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here