Gas Ozzon Mampu Bersihkan Residu Pestisida pada Sayuran Hingga 95%

602

Oleh: Anding Sukiman (Ketua PW Parmusi Jawa Tengah)

Sudah sangat banyak kajian ilmiah yang menyatakan bahwa residu pestisida pada tanaman pangan akan sangat membahayakan kehidupan manusia.

Prof. Dr. Ir. Indah Prihartini MP dari Fakultas Pertanian UMM melaporkan bahwa residu DDT (dichoro diphenyl trichlorethane) yang dipakai petani pada tahun 1970-an ternyata masih ditemukan pada susu sapi yang mengkunsumsi limbah pertanian.

DDT ini merupakan pastisida yang sangat familiar di kalangan petani pada tahun 1970 sampai dengan tahun 1980, dan setelah diketahui sangat membahayakan bagi kesehatan masyarakat maka dilarang penggunaanya.

Berdasarkan Sk menteri pertanian nomor 536/Ktps/ TP 270/7/ 1985 tentang pengawasan pestisida, kemudian diperbaharuhi pada surat keputusan Menteri Pertanian Nomor 434.1/kpts/tp.270/7/2001 tentang syarat dan tata cara pendaftaran pestisida pasal 6 jenis-jenis pestisida yang mengandung bahan aktif yang telah dilarang, pada angka 9 memuat DDT.

BACA JUGA: Cegah Hipotiroidisme pada Anak, Parmusi Jateng Dirikan Pusat Pembelajaran Ozzonisasi Pertanian

Penggunaan pestisida pada tanaman khsusnya sayuran saat ini masih sangat berlebihan bahkan para petani mengaku penyemprotan pestisida dan fungisida terkadang dilakukan tiap hari sekali, bahkan petani di kecamatan Pakis Kabupaten Magelang pada tanaman sayuran panen pada umur 80 hari disemprot pestisida dan fungisida sebanyak 30 kali.

Penggunaan pestisida seperti ini bukan meningkatkan pendapatan petani. Penggunaan pestisida seperti ini tidak hanya dilakukan di wilayah kabupaten Magelang, tetapi juga dilakukan di berbagai wilayah lain di kalangan petani.

Akibat penggunaan pestisida berelebihan semacam ini Sasmito (1998) sebagaimana dikutip Prof. Dr. Made Sujana dari Udayana Bali, diketahui bawah 53% petani di Jawa terkontaminasi pestisida sintetis.

Sedangkan petani sayuran di Pancasari, Bedugul Bali 78% di antaranya terkontaminasi darahnya oleh pestisida sintetik. Selain merusak kesehatan penggunaan pestisida ini juga merusak tanah.

BACA JUGA: Residu Kimia pada Produk Pertanian Jadi Penyebab Stunting Anak Indonesia

“Kondisi tanah kita sudah kritis akibat penggunaan pestisida berlebihan ini,” demikian kata Prof. Dr. Indah Guru Besar Fakultas Pertanian dan Peternakan UM Malang, yang juga merupakan formulator POC Ribost yang diketahui sangat efektif untuk memulihkan kesuburan tanah dan menghilangkan pengaruh pestisida sintetis ke tanah.

Berdasarkan kajian yang dilakukan oleh Fitria Safrianan dari Fakultas Kedokteran Universitas Lampung tentang Pengaruh Paparan Pestisida pada Masa Kehamilan terhadap Perkembangan Anak, menyimpulkan bahwa akumulasi pestisida pada batas ambang tertentu, bisa menimbulkan dampak buruk pada tubuh. Antara lain muncul gangguan pada otak, penyakit tumor, kanker, bahkan, pada ibu hamil bisa mengakibatkan bayi lahir cacat.

Penelitian lain seperti Winnoto et al. (2016), terkait hubungan pajanan pestisida pada masa kehamilan dengan gangguan perkembangan anak pra sekolah (4-5 tahun) di Desa Sumberejo Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang, didapatkan presentase anak yang mengalami penyimpangan perkembangan komunikasi sebesar 64%, motorik kasar sebesar 56%, motorik halus sebesar 56%, pemecahan masalah sebesar 52% dan penyimpangan perkembangan personal-sosial anak sebesar 52%.

Atas dasar paparan tersebut di atas, maka PW Parmusi Jawa Tengah melalui PT Ruang Dagang yang kerja sama dengan PT PIN (Pasar Induk Nusantara ) serta PT Dipo Teknologi Semarang mengadakan kerja sama untuk melakukan pendampingan petani dari hulu-hilir pada para petani di Kecamatan Pakis, Kecamatan Ngablak dan Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang.

BACA JUGA: Kembangkan Ekonomi Berbasis Masjid, Parmusi Jateng Gelar Workshop Hulu-Hilir Pertanian

Selain pendampingan petani untuk mendorong penggunaan pupuk organik, tiga perusahaan ini menangani pasca panen mulai dari penggunaan gas ozzon, pakajing dan pemasaran produk-produk sayuran dari tiga kecamatan ini.

Direktur PT PIN Jakarta menyampaikan bahwa hasil produksi sayur dari petani di kecamatan Pakis, Ngablak dan Grabag ini nantinya akan dipasarkan diseluruh wilayah Jawa Tengah, DIY dan sisanya di Jakarta dan tidak menutup kemungkinan akan ekspor karena pihaknya mendapatkan pesanan dari Thailand sebanyak 4.000 ton cabai/ tahun.

“Kemarin kami ragu karena kendala busuk di jalan. Tetapi dengan penggunaan ozzon pada sayuran ternyata cabai yang disemprot ozzon mampu bertahan sampai 38 hari masih dalam kondisi segar dan hampir bebas dari pestisida,” ujar Direktur PT PIN Jakarta.

BACA JUGA: Program Membangun Ekonomi Berbasis Masjid

Prof. Dr. Ir. Muhammad Nur Guru Besar Ilmu Fisika Undip dalam keteranganya menegaskan bahwa daun seledri yang biasaya hanya bertahan 2 hari, dengan dibasuh air yang dilengkapi ozzon mampu bertahan dalam kondisi segar sampai 9 hari. Hal yang sama juga terjadi pada daun bawang, sawi, selada, dam brokoli.

Sedangkan pada cabai merah kriting yang biasanya hanya bertahan 7 hari dengan pembasuhan air yang dilengkapi ozzon bisa bertahan pada 38 hari dalam kondisi segar. Disamping itu hasil penelitianya menunjukan sayuran tersebut kulit luar pada sayuran bisa bersih dari residu kimia antara 80-95 persen.

Penggunaan Ozzon pada sayuran yang sangat menyehatkan ini tentu disambut baik kalangan PT Ruang Dagang.

Mukhlis Mursidi yang merupakan komiaris PT Ruang Dagang langsung menyanbut baik kerja sama 3 perusahaan ini dan siap menyalurkan produk sayuran ini di seluruh wilayah Jawa Tengah yang sudah terkonsolidir melalui jaringan Parmusi. Hal yang sama juga disampikan Menik Wulandari yang merupakan Direktur PT Ruang Dagang. (**)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here