Fenomena Ustadz Abdul Somad

1539
UAS
Ustadz Abdul Somad L.c, M.A saat mengisi tabligh akbar di auditorium Universitas Islam Sultan Agung (Unissula), Senin (30/07/2018). (Foto: tribatanews)

Lebih kagum lagi

Walaupun rasa emosi saya mengatakan alangkah baiknya jika Ustaz Abdul Somad menerima tawaran menjadi cawapres, saya kemudian tersadarkan kembali oleh sikap beliau yang tegas dalam kesantunannya menolak tawaran itu. Saya menjadi lebih kagum dengan sikap itu.

Kenapa demikian? Bukankah negara dan bangsa saat ini dipersepsikan dalam keadaan darurat dan perlu seorang guardian angel untuk menyelamatkannya? Imej kepemimpinan nasional juga dibangun secara masif sebagai anti Islam dan kepentingan Islam. Benar atau tidak, imej ini sendiri bukannya memerlukan pemimpin Muslim yang sejati seperti Ustaz Abdul Somad?

Sebelum menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, perkenankan saya menyampaikan apresiasi besar kepada ijtimak ulama dan rekomendasinya. Bahkan apresiasi besar kepada para ulama, di semua kubu, yang sekarang ini tidak lagi malu-malu dan menganggap politik praktis itu sesuatu yang tabu bahkan busuk.

Bangsa Indoensia, bahkan sebelum negara Indoensia resmi berdiri, tidak pernah melepaskan agama dari perjuangan publik, termasuk politik. Dari perjuangan kemerdekaan, hingga perumusan dasar-dasar negara, hingga di awal-awal bernegara, agama dan politik tidak pernah dipisahkan. Dari dulu tidak pernah ada yang mempermasalahkan Partai NU atau Masyumi misalnya.

Dan karenanya tahun-tahun terakhir ketika ada sebagian kalangan yang mempertanyakan “legitimasi” ulama dalam politik nasional, itu adalah kekeliruan bahkan pembodohan sejarah. Bahwa ulama dan perjuangan kebangsaan itu bagaikan darah dagingnya bangsa ini.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here