Disebut Anti-Islam, Jokowi Cerita ke Kiai Ma’ruf Amin

823
Presiden Jokowi
Presiden Joko Widodo (Foto: istimewa)

Jakarta, Muslim Obsession – Pasca berkembangnya kasus penistaan agama Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), Jokowi kerap disebut sebagai Presiden yang anti terhadap Islam.

Tak dapat dipungkiri, kasus Ahok yang membawa surat Al-Maidah ayat 51 dalam kampanyenya, memang membawa dampak yang cukup besar terhadap sejumlah kelompok agama di Indonesia. Mulai dari demonstrasi hingga seruan melalui media sosial guna menuntut Ahok mendapatkan proses hukum yang sesuai.

Tentu, penyampaian tuntutan tersebut merupakan hak yang dapat dilakukan setiap warga negara Indonesia selama tidak menimbulkan aksi yang berujung anarkis. Sayangnya, dalam beberapa kesempatan menuntut Ahok untuk dipenjarakan, tak jarang Presiden Jokowi diseret hingga dituding sebagai salah satu pendukung penista agama oleh berbagai pihak. Alasannya, tak lain karena masyarakat menilai pemerintah sangat lamban bahkan cenderung mengintervensi dalam menangani kasus Ahok. Sehingga lambat laun, stigma pendukung penista agama tersebut mulai bergeser menjadi isu Jokowi yang Anti Islam.

Untuk meluruskan hal itu, Calon Wakil Presiden KH. Ma’ruf Amin mengatakan jika Presiden Joko Widodo (Jokowi) kerap curhat soal tudingan anti-Islam yang diarahkan kepadanya.  oleh karena itu, Kiai Ma’ruf Amin menyampaikan kepada Jokowi bahwa bagi orang yang salah pengertian, yang benar pun disalahkan, apalagi jika dasarnya tidak suka, diberikan alasan apapun pasti tetap tidak bakal percaya.

Kiai Ma’ruf Amin juga kadang merasa heran dengan tudingan yang menyebut Jokowi anti-Islam. Padahal, kata dia, dalam Pemilihan Presiden atau Pilpres 2019, Jokowi sudah menggandeng ulama sebagai pendamping. Kiai Ma’ruf Amin menilai tudingan Jokowi anti-Islam adalah cara paling efektif agar masyarakat membenci calon presiden inkumben itu.

“Setelah saya beri pengertian, mereka menjadi sadar. Semakin hari banyak yang sadar. Banyak kiai jadi paham. Makanya, hampir setiap hari ada deklarasi kelompok pendukung kami,” ujar Kiai Ma’ruf dalam wawancara dengan Tempo.co, baru-baru ini.

Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ini mengatakan kerap memberi pengertian dengan mengajak masyarakat berpikir obyektif bahwa Jokowi telah banyak membuat kebijakan yang berpihak kepada umat Islam.

Contohnya, kata Ma’ruf, dengan menetapkan Hari Santri Nasional. Menurut Kiai Ma’ruf, hari santri diperingati karena keterlibatan ulama dalam kemerdekaan. Kiai Ma’ruf mengatakan tokoh santri Hasyim Asyari yang membuat Fatwa Jihad telah membakar semangat rakyat terutama di Surabaya dan sekitarnya, sehingga menginspirasi peristiwa 10 November 1945, yang diperingati sebagai Hari Pahlawan.

“Tapi, selama 70 tahun, sumber inspirasinya tidak diingat orang. Baru pada 2015 ditetapkan sebagai Hari Santri oleh Pak Jokowi,” ujar Kiai Ma’ruf Amin.

Selain itu, kata dia, di masa pemerintahan Presiden Jokowi juga dibentuk bank-bank wakaf mikro di pesantren. Jokowi juga yang mendirikan Komite Nasional Keuangan Syariah. “Saya yang minta dibuat dan beliau menyetujui, bahkan menjadi ketuanya,” tukas Kiai Ma’ruf Amin.

Ma’ruf Amin mengatakan Jokowi juga menggandeng ulama asal Banten tersebut sebagai cawapres. “Padahal dia bisa saja mengangkat politikus, pengusaha, atau anggota TNI/Polri, tapi malah memilih saya kan. Kurang Islam apa beliau?” kata Kiai Ma’ruf Amin. (Bal)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here