Dibully Terus, Ustadz Yusuf Mansur Malah Senang dan Beberkan Kisah Hidupnya

1265
Ustadz Yusuf Mansur dan Sandiaga Uno. (Foto: idntimes)

Muslim Obsession – Usai komentar soal Muslim Uighur yang dinilai keliru, Ustadz Yusuf Mansur (UYM) banjir bully-an dari netizen. Terakhir, Pimpinan Pondok Pesantren Tahfizh Daarul Quran ini malah disebut sebagai ‘Ulama SU’ oleh seorang netizen di Instagram.

Menanggapi hal itu, ia mengaku santai. Di akun penuduhnya, UYM malah senang disebut sebagai ‘Ulama SU’.

“SU, Sandiaga Uno. Saya sahabatan sama beliau. Baik sekali sampe sekarang. Alhamdulillaah. Jadi ya saya senang disebut Ulama SU. Hehehe..,” balasnya, tak lupa men-tag akun Sandiaga Uno.

UYM men-screen shoot postingannya itu, kemudian mengunggahnya di akun Instagram miliknya, Sabtu (21/12/2019). Alih-alih emosi membalas tuduhan netizen, ustadz kondang ini malah berbagi kisah hidupnya yang menginspirasi.

“Bertahun-tahun saya sulit. Bertahun-tahun saya susah. Rentang waktu antara 1997 sampai dengan 1999. Abis itu pun saya masih susah masih sulit. Hingga kemudian kesulitan dan kesusahan tahap I, baru selesai di 2006,” kisahnya.

UYM memaparkan, salah satu pelajaran berharga yang ia temukan adalah bahwa penghalang rezeki itu salah satunya ada pada dirinya. Penyebabnya adalah hati yang tidak bersih, tidak jernih. Pikiran yang tidak bersih, tidak jernih. Perasaan, otak, akal yang tidak bersih dan tidak jernih.

“Kotor. Dengan segala rupa penyakit hati. Seperti belagu. Sombong. Congkak. Tinggi ati. Nyalahin orang mulu. Ga mau denger nasihat. Males dateng minta nasihat. Hidup banyakan stressnya. Jauh dari bercanda. Jauh dari humoris. Ga riang. Sebelan. Tenggelam dalam kekecewaan dan dendam. Mengeluh mulu. Pesimis. Ga optimis. Kecil ati. Suka ngumpat. Suka nyumpahin. Suka marahin orang-orang. Suka mengutarakan kesusahan juga ke yang lain. Gampang emosian. Akhirnya gampang puyeng juga. Dan kemudian saya mendapati, rezeki mental melulu…” curhatnya panjang.

Permasalahan itu akhirnya selesai saat ia ‘menemukan’ Wisatahati yang kemudian menjadi judul buku dan bahkan menjadi serial judul buku.

Sejak itu UYM mengaku terus melakukan pembenahan dan perbaikan. Perubahan dan peningkatan dari dalam diri sendiri. Semuanya, penjernihan diri sendiri. Penjernihan hati, akal, rasa, pikiran, cara pandang, cara bicara, cara menulis, cara mendengar, hingga cara menyampaikan.

“Fokus pada tazkiyatun nafs. Kesucian jiwa. Masih terus berlangsung sampe sekarang. Izin Allah, semoga dimudahkan Allah terus,” lanjutnya.

Hasil dari proses itu, diakui UYM, ia merasakan frekuensi berubah positif. Ia pun merasa aneh. Rezeki datang dengan sendirinya dari berbagai arah. Bahkan saat diam, saat berkontemplasi, tafakkur, dalam balutan wudhu dan sajadah, serta suara-suara Al-Quran dan Asma-asma Allah, rezeki datang bertambah deras mengalir.

UYM mengilustrasikan peristiwa tersebut seperti cerita tentang tukang servis mobil. Dalam keadaan tidak tenang, ia servis mobil. Dari rumah tukang servis itu sudah sebal, marah, dan sedih karena ada hal yang dirasa mengganggunya. Lalu menjadi yang teramat mengganggunya.

Dampaknya, ia pun tidak bisa membetulkan mobil. Padahal dari pekerjaannya itu ia bisa mendapat penghasilan untuk makan sehari-hari.

“Hingga adzan Ashar berkumandang. Ia pit stop sejenak. Bersih-bersih, ambil wudhu. Jalan ke Mushalla, menenangkan diri. Begitu balik, 5 menit ketemu penyakitnya. Kira-kira begitulah ilustrasinya,” pungkas UYM. (Fath)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here