Di Tanah Suci, Dai Parmusi Dibekali Pemahaman Pancasila

953

Mekkah, Muslim Obsession – Disela-sela pelaksanaan ibadah umrah di Tanah Suci, puluhan Dai Desa Madani Persaudaraan Muslimin Indonesia (Parmusi) tidak hanya mendapat pemahaman Sa’i yang mumpuni dan juga metodologi dakwah yang matang.
Tapi juga dibekali dengan wawasan kebangsaan berupa nilai-nila Pancasila.

Wakil Ketua Lembaga Dakwah Parmusi Pusat Ustadz Bukhori Abdul Shomad menjelaskan bahwa nilai-nilai dalam butiran Pancasila sudah sangat Islami. Maka para dai pun harus memahami nilai yang terkandung dalam Pancasila. Karena ini bagian yang tidak dapat dipisahkan dari NKRI, yakni Hubbul wathan minal iman (cinta tanah air bagian dari Iman).

“Pemahaman yang benar akan nilai dalam butiran Pancasila merupakan keharusan bagi Dai Parmusi. Dari Sila 1 Ketuhanan yang Maha Esa adalah hasil dari mengadopsi Surat Al-Ikhlas ayat 1-4, Ali Imron ayat 64, An-Nisa ayat 36, dan Al-An’am ayat 151,” tutur Ustadz Bukhori kepada para Dai Parmusi di Mekkah, belum lama ini.

Ustadz beken yang disapa UBAS ini menyatakan, semua ayat itu mengandung arti perintah selalu untuk mengesakan Tuhan. Sama halnya dengan sila pertama, sila ke dua Pancasila yakni, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradap, juga terdapat atau sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Al- Quran.

“Semangat yang terkandung dalam sila kedua dari Pancasila ini kita harus menjalin hubungan baik dengan manusia (Hablun min Annas) secara beradab dan berakhlakul Karimah,” tutur UBAS.

Menurutnya, dalam Al-Quran, banyak sekali ayat-ayat yang berbicara mengenai posisi manusia dan kemanusiaan, yakni Quran Surat. At-Taghabun ayat 3, surat Hud ayat 61, Surat Ibrahim ayat 32-34, Surat Luqman ayat 20, dll. Jika ada seorang Muslim yang tidak memiliki sifat perikamanusiaan, maka dinilai bertentangan dengan Quran dan Hadits.

“Dalam hadits-haditsya, Nabi sering mendefinisikan seorang muslim sebagai man salima al-muslimun min yadihi wa lisanihi (Orang yang mampu menjaga lidah dan tangannya untuk tidak menyakiti sesama,” tuturnya.

Sila ketiga, yakni Persatuan Indonesia. Kata persatuan dalam Al-Quran, kata UBAS juga merupakan prinsip terpenting dalam membangun komunitas. Banyak sekali ayat-ayat anjuran untuk bersatu dan kecaman terhadap perpecahan.

Bahkan lanjut dia, semangat persatuan dapat ditemukan dalam beberapa ayat Al-Quran seperti QS. al-An’am ayat 153, Surat Ar-Rum ayat 30-32, QS, dan Surat Al-Bayyinah ayat 1-5 dll.

“Dalam praktiknya di Madinah, Nabi juga menjalin persatuan dengan kelompok-kelompok sosial dari kalangan Ahli Kitab, Yahudi dan Nasrani, dan kalangan orang musyrik seperti Bani Khuza’ah, Bani Juhainah dan lain-lain yang kemudian dikenal sebagai Piagam Madinah,” ungkap UBAS.

Sila keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan. Semangat yang terkandung dalam sila ini ialah semangat untuk melawan segala bentuk tirani kekuasaan dalam sistem totalitarianisme dan otoritarianisme dalam pemerintahan.

Semangat melawan tirani kata UBAS, adalah sesuai dengan semangat Qurani, karena Islam menolak dengan tegas kekuasaan yang terpusat kepada individu atau segelintir elit tertentu. Kekuasaan yang terkumpul pada satu individu tertentu menurutnya, sangat rawan untuk disalahgunakan dan rawan dari kekeliruan dalam mengambil keputusan dan kebijakan.

“Dalam Al-Quran ilustrasi tentang pemusatan kekuasaan dan kebenaran hanya pada satu sosok tertentu terletak pada model kepemimpinan Fir’aun. Sekarang di dunia ini sudah muncul Firaun-Firaun modern,” Jelas UBAS ulama muda yang juga memimpin pondok pesantren.

Untuk menghindari itu, Al-Quran lanjut UBAS, banyak menganjurkan manusia untuk musyawarah seperti yang tertuang dalam Quran Surat Al-Baqarah ayat 233, Surat Ali Imran ayat159 dan Surat As-Syura ayat 38.

Terakhir, sila kelima, yakni Keadilan Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Menurut UBAS Islam juga sangat menjunjung tinggi keadilan. Hal itu terdapat pada Quran Surat. An-Nisa ayat 58 dan 135, Surat Al-Maidah ayat 8, surat Al-An’am ayat 152-153, dan Surat al-A’raf: 29.

“Meski secara nama, Pancasila tidak ada dalam Al-Quran dan as-Sunnah, namun Imam al-Ghazali berkata, yang islami itu bukan saja yang “Ma nataqa an-nash”  atau apa yang ada dalam al-Quran dan Sunnah’ tapi lebih dari itu, yakni, yang “Ma wafaqa as-syar’a”  yakni yang sesuai dengan semangat syariat’,” jelasnya.

UBAS menegaskan, pandangan ini cukup untuk membantah keyakinan bahwa semua hukum buatan manusia itu produk kekufuran. Selagi hukum tersebut masih sesuai dengan syariat, dan tidak menghalalkan yang haram serta tidak mengharamkan yang halal, maka jelas Pancasila sangatlah Islami.

Diketahui sebanyak 45 Dai Desa Madani Parmusi dari perwakilan 34 provinsi berangkat umrah di Tanah Suci. Spirit militansi dan kemampuan mereka sebagai dai tangguh dibentuk dengan bimbingan langsung dari Ketua Umum Parmusi H Usamah Hisyam, Ketua LDP Parmusi Ustadz Syuhada, Wakil Ketua LDP Parmusi Ustadz Bukhori Abdul Shomad, dan Ketua Dewan Penasihat Muslimah Parmusi Hj. Daisy Astrilita. (Albar)

1 KOMENTAR

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here