Deradikalisasi Muslim Uighur

1275
Miles-from-Home-Uighur-Children-Learn-Forbidden-Language--1024x610
Anak-anak Muslim Uighur belajar di sekolah.

Gu menambahkan pihaknya ingin mengedukasi warga Tiongkok agar tak mudah terpapar paham terorisme. Menurut Gu, ajaran terorisme tak mencerminkan Islam.

“Mereka pikir itu ajaran untuk membunuh orang dan bisa masuk ke surga. Itu tidak baik. Jihad bukan membunuh orang, tujuan Islam untuk perdamaian. Mereka sudah dicuci oleh ISIS. Mereka membunuh kiai,” lanjutnya.

Tak hanya itu, Gu menegaskan bahwa China juga memberikan kebebasan sepenuhnya kepada seluruh masyarakat untuk bebas memilih agama apapun. Apalagi di China sendiri tercatat ada 56 suku bangsa dan 10 di antaranya adalah suku bangsa yang beragama Islam. Selain itu, jumlah umat Islam di China juga mencapai 23 juta orang.

Sebelumnya Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Tiongkok mengeluarkan pernyataan sikap bahwa Xinjiang tidak bisa dikaitkan dengan kebijakan anti-Islam karena yang dilakukan otoritas China adalah tindakan untuk mencegah gerakan separatisme.

“Kalau pun ada dugaan terjadinya tindakan pelanggaran HAM di sana, maka tetap harus ditempatkan pada persoalan cara penanganan separatisme yang kurang tepat, bukan pada kesimpulan bahwa pemerintah China anti-Islam,” kata Rais Syuriah PCINU Tiongkok Imron Rosyadi Hamid.


Baca juga:


Ia kemudian mencontohkan Indonesia yang memiliki sejarah kelam dalam hal penanganan gerakan separatisme seperti di Aceh dengan kebijakan Darurat Operasi Militer (DOM).

Namun, dalam isu Aceh itu dunia internasional tetap memandang sebagai masalah dalam negeri Indonesia.

“Masyarakat Indonesia juga perlu tahu bahwa konstitusi China menjamin kebebasan beragama, termasuk Islam,” katanya mengingatkan berbagai pihak di Indonesia bahwa isu Uighur bukan semata isu agama.

Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia di Tiongkok (PPIT) Fadlan Muzakki juga menuliskan pandangannya berjudul “Beribadah di Negeri Naga, Sebuah Tinjauan Kehidupan Beragama Mahasiswa Indonesia di Tiongkok”.

“Sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia, banyak yang berpendapat bahwa China bagaikan naga yang terbangun sehingga menarik perhatian para pelajar Indonesia untuk menimba ilmu,” tulis Fadlan.

Menurut dia, isu Uighur sama sekali tidak mengendurkan semangat para pelajar Indonesia dalam menunaikan kewajibannya sebagai umat beragama seiring dengan makin banyaknya komunitas keagamaan Indonesia di China. (Has)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here