Dari Partai Masyumi ke Partai Muslimin Indonesia

2182

Teladan dari Tokoh-tokoh Masyumi

Apakah para tokoh Masyumi itu patah arang? Ternyata tidak. Seperti dituturkan oleh Juru Bicara Partai Masyumi, Anwar Harjono, meskipun mereka tidak masuk dalam kepengurusan Partai Muslimin, tetapi tokoh-tokoh Masyumi itu tetap memberikan dukungan kepada Partai Muslimin. “Kalau ada pelantikan atau musyawarah Partai Muslimin di daerah, saya sering diminta datang,” tutur Anwa Harjono.

Kelak ketika Partai Muslimin bersama Partai Nahdlatul Ulama (NU), Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII), dan Partai Islam PERTI memfusikan diri menjadi Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dukungan tokoh-tokoh Masyumi kepada partai yang di dalamnya terdapat kader-kader Partai Muslimin itu, tidak juga surut. Menjelang Pemilu 1977 dan Pemilu 1992, Mohammad Natsir menyatakan dukungannya kepada PPP dan menyerukan agar umat Islam dan generasi muda mencoblos PPP.

Tokoh Masyumi yang lain, Mr. Kasman Singodimedjo, pada Pemilu 1977 aktif menjadi juru kampanye PPP. Dia kampanye berkeliling Indonesia, padahal Kasman bukan pengurus atau calon anggota legislatif dari PPP.

Inilah pelajaran penting dari tokoh-tokoh Masyumi yang harus diteladani oleh kita semua. Untuk perjuangan, mereka tidak pernah berhitung untung dan rugi. Seperti diungkapkan oleh Roem, duduk di dalam pemerintahan atau di luarnya, sama saja. Di dalam atau di luar pemerintahan, fungsinya sama yaitu berbakti kepada bangsa dan negara.

Wallahu A’am bish Shawab.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here