Dai Parmusi Ditempa di Kota Suci Mekkah dan Madinah

1192

Mekkah, Muslim Obsession – Puluhan Dai Desa Madani Persaudaraan Muslimin Indonesia (Parmusi) tengah menjalani ibadah umrah di Tanah Suci. Mereka juga mendapatkan pembekalan baik dari sisi materi dakwah maupun metodologi dakwah. Karena seorang dai dituntut tidak saja mampu menguasai ilmu-ilmu syar’i, tapi juga memiliki skil dakwah yang baik dan dapat diterima di tengah masyarakat.

Wakil Ketua Lembaga Dakwah Pusat Parmusi Dr. KH. Bukhori Abdul Shomad.MA, mengatakan, pembekalan dan penggemblengan tersebut dilakukan di kota Suci Mekkah dan Madinah dalam rangka menteladani spirit dakwah Rasulullah SAW. Sehingga dapat melahirkan dai-dai yang tangguh dan militan untuk Izul Islam Wal Muslimim (Kejayaan Islam dan Muslimin).

Menurutnya, di Mekkah Rasulullah SAW mengemban misi dakwah tauhid dengan pemahaman akidah yang benar. Sedangkan di Madinah Rasulullah SAW meletakan sendi-sendi mu’amalah hablum minannas. Itu dibuktikan dengan lahirnya konstitusi madinah, yang disebut dengan Shohifah Madinah.

“Dalam Shohifah Madinah itu termaktub nilai-nilai toleransi beragama, hak asasi manusia, hak hidup, hak bermayarakat, pluralisme dll. Bahkan aturan dalam berperangpun termaktub di dalamnya. (Tidak boleh membunuh anak kecil, wanita, orang jompo, orang lemah, merusak alam),” ujar Ustadz Bukhori yang akrab disapa UBAS di Kota Suci Mekkah, Rabu (19/2).

Menurutnya, Shohifah Madinah adalah konstitusi tertua di dunia secara yuridis formal yakni pada tahun 622 Masehi. Ini menunjukan bahwa Islam lebih dahulu berbicara hak asasi manusia, toleransi, dan pluralisme.

Dibandingkan negara-negara Eropa dan Barat yang mengklaim sebagai sumber lahirnya toleransi dan HAM. Padahal Inggris baru bicara HAM 1512. Sedangkan Amerika 1959. Ada pun PBB pada 1948. Maka dapat dipastikan Shohifah Madinah cikal bakal lahirnya Masyarakat Madani (civil society).

“Penggemblengan Dai Parmusi di Madinah untuk menteladani dakwah Rasulullah SAW, yang humanis, dengan memperhatikan nilai-nilai toleransi, HAM dalam masyarakat plural. Sehingga seorang Dai dalam berdakwah harus merangkul bukan memukul, harus mengajak bukan menginjak, membina bukan menghina, membela bukan mencela, membesarkan bukan mengkerdilkan, dan mensholehkan bukan mentholehkan,” papar UBAS.

“Itulah hakikat Dai Parmusi yang diinginkan,” tambahnya.

Selain mendapat materi dan metodologi dakwah dari UBAS dan Ketua LDP Parmusi Ustadz Syuhada Bahri, Dai Parmusi satu persatu diminta untuk mempraktikan tausiyah secara langsung di Mekkah dan di Madinah di hadapan peserta Dai dan disaksikan oleh Ketua Umum Parmusi H. Usamah Hisyam, Ustadz Syuhada Bahri, UBAS, dan Ketua Dewan Penasihat Muslimah Parmusi Hj. Daisy Astrilita Siregar. (Albar)

1 KOMENTAR

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here