Cinta Islam, Jokowi Pilih Pendamping Ulama

1089

Santri Tulen, Cicit Ulama Besar

Catatan hidup Kiai Ma’ruf juga penuh dengan warna. Jadi wajar jika ia memiliki segudang talenta. Tak melulu dikenal sebagai seorang ulama, namun jauh sebelum itu ia juga dikenal sebagai seorang politisi handal, dimana ia pernah mengecap bangku DPRD DKI Jakarta di usianya ke-28.

Karier lelaki lulusan Pondok Pesantren Tebu Ireng ini dimulai dari bawah. Lahir dalam tradisi Nahdlatul Ulama (NU), Kiai Ma’ruf, memiliki kecakapan dalam ilmu agama dan wawasan kebangsaannya yang luas sehingga pernah mengantarkannya menjadi anggota Dewan Pertimbangan Presiden (2007-2010) dan saat ini sebagai ketua umum Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Keluasan ilmu dan pengalamannya tampak benar saat ia sering kali menjadi penengah dalam banyak persoalan. Mantan Ketua Komisi Fatwa MUI ini selalu hadir dengan pernyataannya yang menyejukkan dan menenangkan umat Islam karena mengedepankan kemaslahatan. Spektrum keilmuannya yang luas tampaknya berasal dari sejarah panjang pendidikannya di beragam pondok pesantren. Namun lebih dari itu, trah ulama besar melekat kuat dalam diri Rais Aam PBNU tersebut.

Ya, Kiai M’aruf merupakan cicit dari ulama besar Nusantara, Syeikh Nawawi Al-Bantani, yang pada zamannya didapuk menjadi imam Masjidil Haram dan kesohor ke berbagai belahan dunia. Syeikh Nawawi memiliki posisi intelektual terhormat di Tanah Haram. Soal ini, seorang Snouck Hurgronje memiliki catatannya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here