Catatan Akhir Tahun

1534

Sahabat….

Di usia kita yang entah berapa, sebaiknya kita bertanya, “Sudah sejauh mana kita melangkah? dan seberapa banyak bekal yang telah kita siapkan?

Ini bukan soal dimensi usia dimana seorang mengurutkan zaman produktifitasnya ke dalam fase yang tidak jelas: Kecil dimanja, muda foya-foya, kemudian bertaubat diusia senja. Tapi ini soal berdedikasi secara baik dan maksimal. Sebab pada akhir dan kesudahannya kita harus menyadari bahwa hidup adalah perlombaan mengejar surga dan menggapai keridhaan-Nya.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: “Maka berlomba-lombalah kalian dalam kebaikan,” (QS: Al-Baqarah :148).

Dalam menggapai ampunan dan surga, Allah azza wa Jalla menyuruh kita untuk bergegas, Allah berfirman: “Dan bergegaslah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa,” (QS: Ali Imran: 133).

Imam Ibnu Rajab Al Hambali rahimahullah mengatakan: “Ketika suatu kaum mendengar seruan ‘Maka berlomba-lombalah kalian dalam kebaikan’, juga seruan ‘Dan bergegaslah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi disiapkan untuk orang-orang yang bertaqwa’, mereka memahami bahwa maksud dari ayat ini adalah, ‘hendaknya mereka bersungguh-sungguh agar setiap dari mereka menjadi pemenang menuju kemuliaan itu. Maka dahulu, perlombaan mereka pada tingkatan-tingkatan akhirat. Kemudian datanglah sesudah mereka kaum yang berlomba-lomba dalam hal-hal duniawi dengan segala bagiannya yang begitu cepat sirna,” (Lathaaiful Ma’arif).

Dalam QS. Al-Muthaffifiin, tatkala Allah menggambarkarkan kenikmatan penghuni surga, pada akhir ayat ke 26 Dia-pun menegaskan kepada kita agar melakukan perlombaan, sebagaimana tertulis: ”Dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba.”

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam juga bersabda: ”Begegaslah kalian dalam melakukan amal shaleh, sebelum terjadi berbagai fitnah (yang datang) bagaikan potongan-potongan malam gulita,” (HR. Muslim, Ahmad, dan At Tirmidzi).

Ayat-ayat dan hadits di atas setidaknya menegaskan kembali kepada kita, bahwa beradu cepat dalam kebaikan, adalah nafas dan naluri kehidupan seorang mukmin.

 

Sahabat….

Jangan lupa… semua akan sampai pada satu hari yang dijanjikan. Karena logika hidup ini seperti seorang musafir, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Apa urusanku dengan dunia? sungguh perumpamaanku dengan dunia laksana seorang pengembara yang berteduh di bawah sebuah pohon, kemudian berlalu dan meninggalkannya,” (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah).

Di kesempatan yang lain, beliau mengajari kita tentang bagaimana semestinya menyikapi dunia dengan segala keindahannya. Sahabat Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhu menuturkan: “Suatu hari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memegang pundakku dan berkata, ‘Jadilah engkau di dunia ini seperti orang asing atau pengembara’.”

Ibnu Umar berkata: ”Jika engkau berada di sore hari, maka jangan menunggu pagi tiba. Dan jika engkau berada di pagi hari, maka jangan menunggu sore tiba, pergunakan masa sehatmu untuk masa sakitmu, dan kehidupanmu untuk kematianmu,” (HR. Bukhari).

Oleh karena itu, ditengah padatnya rutinitas kerja, luangkan waktu sejenak untuk memahami lebih dalam tentang logika-logika kehidupan itu. Iya, tentang logika bahwa hidup tak ubahnya musafir yang hanya mampir untuk berteduh atau seperti sampan kecil yang sedang mengarungi samudra luas dan harus berbekal cukup.

Logika tentang mimpi manusia yang panjang serta ajal yang setiap saat mengintai, atau logika hidup tentang perjalan yang beradu dengan godaan serta panggilan syaitan yang terus melambai di sepanjang perjalanan. Juga tentang logika bahwa hidup seperti waktu, siapa yang membunuh waktu maka berarti ia membunuh hidupnya.

Dalam makna yang sederhana, hanya orang yang menggunakan waktunya dengan baik, tepat dan benar yang akan menuai kebahagiaan di akhir langkah hidupnya.

Di atas logika-logika itulah hidup sebagian kita menjadi berarti atau mungkin berbalik tak ubahnya seperti mobil tua. Iya, mobil yang hanya memberi nilai pada sisi sejarah tanpa bisa mengantarkan penumpangnya pada cita-cita yang dituju. Itu tak boleh terjadi, sebab hidup hanya datang sekali, sesudah itu secepat pula ia akan pergi dan menghilang.

Pagi datang dan segera disapu siang, sore memburu tiba-tiba dilipat malam. Gerak dan pilihan untuk terus maju dan memperbaharui diri adalah prinsip besar yang harus kita pilih sebelum semuanya terlambat.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here