Cara Santun Rasulullah Menolak Makanan Istri yang Tak Sesuai Selera

753

Jakarta, Muslim Obsession – Rasulullah Saw menjadi cermin tentang sosok orang yang sempurna di hadapan Allah SWT. Beliau adalah manusia pilihan yang benar-benar terjaga dari perbuatan dosa, akhlaknya begitu mulia. Rasulullah adalah seorang yang terbaik, baik secara fisik maupun akhlak.

Allah melalui firmannya dalam Al-Quran berulang kali memuji akhlak Nabi yang begitu agung dan paripurna. Dalam QS. Surat Al-Qalam ayat 4. Di situ disebutkan bahwa Rasulullah memiliki akhlak yang sangat agung (Wa innaka la’ala khuluqin adzim).

Kemudian dalam ayat lain, Allah juga menegaskan bahwa pada diri Rasulullah terdapat sifat-sifat suri teladan yang baik. Karena itu Rasulullah sangat pantas menjadi cermin bagi kita sebagai contoh panutan hidup. Tidak hanya dalam urusan ibadah, tapi juga urusan-urusan lainnya seperti berteman, bertetangga, bahkan berumah tangga.

Termasuk tetap bersikap baik kepada istri dan tidak menyakitinya, meski apa yang diperbuat istri tidak sesuai dengan apa yang dia ‘kehendaki.’ Rasulullah telah memberikan teladan tentang hal itu. Bagaimana cara menghargai istri.

Dalam buku Kisah-kisah Romantis Rasulullah (Ahmad Rofi’ Usmani, 2017), disebutkan bahwa Rasulullah pernah menolak masakan istrinya yang tidak sesuai dengan seleranya. Meski demikian, Rasulullah menolaknya dengan cara yang baik dan halus sehingga tidak sampai membuat istrinya sakit hati.

Begini ceritanya, pada hari itu Rasulullah mengajak Khalid bin Walid menemui salah satu istrinya, Maimunah bin Harits. Sebagaimana diketahui, Maimunah adalah saudara perempuan ibu Khalid, Lubabah al-Sughra binti Harits. Dengan demikian, Khalid adalah keponakan dari Maimunah, istri Rasulullah.

Ketika Rasulullah dan Khalid tiba di bilik Maimunah, istri Rasulullah itu menuju ke dapur dan memasak daging dhabb (sejenis biawak) yang diperoleh dari saudaranya yang tinggal di Nejd, Hafidah binti Harits. Selang beberapa waktu, Maimunah berhasil menyelesaikan masakannya. Ia langsung menghidangkan masakannya itu untuk Rasulullah dan Khalid.

Pada saat Rasulullah menjulurkan tangannya untuk mengambil hidangan Maimunah itu, seseorang tiba-tiba memberikan informasi bahwa itu adalah daging dhabb. Segera saja Rasulullah langsung menarik kembali tangannya. Beliau tidak jadi memakan masakan Maimunah itu.

Khalid yang berada di samping Rasulullah penasaran. Ia kemudian bertanya kepada Rasulullah perihal daging dhabb itu. Apakah halal atau haram? Dan mengapa Rasulullah mengurungkan niatnya untuk mengambilnya dan tidak jadi memakannya?

“Daging dhabb tidak haram. Hanya saja daging dhabb ini tidak terdapat di daerah kaumku. Karena itu aku kurang merasa berselera untuk memakannya,” kata Rasulullah dengan nada halus dan santun.

Setelah mendengar penjelasan itu, Khalid –yang memang doyan dengan dhabb- langsung memakan masakan yang dihidangkan Maimunah itu. Ia memakannya dengan begitu lahap. Sementara Rasulullah hanya melihatnya dan tidak melarang Khalid untuk berhenti memakannya.

Demikian cara Rasulullah menolak masakan istri yang tidak sesuai dengan seleranya. Beliau menggunakan alasan yang bisa diterima oleh istrinya. Cara menyampaikannya pun dengan santun dan halus sehingga istrinya tidak marah. (Al)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here