Bundo Kami Hebat, Meski Tak Pakai Sari Konde

4274

Rohana Kudus

Wanita luar biasa satu ini adalah kakak tiri dari Soetan Sjahrir, Mak Tuo dari penyair legendaris Indonesia Chairil Anwar dan juga sepupu dari H. Agus Salim. Ia lahir di nagari Koto Gadang, Kabupaten Agam 20 Desember 1884 dari pasangan Mohamad Rasjad Maharadja Soetan dan Kiam.

Rohana Kudus adalah tokoh wanita yang hidup satu zaman dengan R.A Kartini, dimana pada masa itu akses pendidikan untuk kaum wanita masih sangat terbatas. Dan karena itulah Rohana Kudus sangat berkomitmen untuk memperjuangkan pendidikan bagi kaum perempuan.

Rohana Kudus tidak mengecap pendidikan formal yang ada kala itu. Melalui sang ayah yang bekerja sebagai pemerintahan Belanda ia belajar mulai dari membaca, menulis serta berbahasa Belanda. Kemampuan belajarnya terbilang cepat, karena dengan cepat ia telah menguasai materi-materi yang diajarkan ayahnya.

Melalui istri atasan ayahnya Rohana Kudus juga mempelajari menyulam, menjahit, merenda, dan merajut yang kelak kemudian ia ajarkan pada sekolah yang dibukanya di Koto Gadang.

Setelah menikah dengan Abdul Kudus, Rohana kemudian membuka sekolah keterampilan khusus perempuan pada tanggal 11 Februari 1911 yang diberi nama Sekolah Kerajinan Amai Setia (sekarang Yayasan Amai Setia). Di sekolah inilah Rohana mengajarkan berbagai keterampilan mulai dari membaca, mengelola keuangan, budi pekerti, pendidikan agama bahkan Bahasa Belanda.

Melalui Sekolah Kerajinan Amai Setia inilah Rohana Kudus memperjuangkan nasib perempuan di lingkungannya. Tentu saja tidak mudah karena Rohana Kudus menghadapi berbagai macam rintangan, apalagi di zaman tersebut belum ada budaya perempuan bekerja dan belajar seperti yang ia terapkan.

Tanggal 10 Juli 1912 Rohana Kudus memperkuat perjuangannya melalui Surat Kabar yang diberi nama Sunting Melayu. Surat kabar Sunting Melayu menjadi surat kabar perempuan pertama di Indonesia yang pemimpin redaksi, redaktur dan penulisnya adalah perempuan.

Sepanjang hidupnya Rohana Kudus banyak menghabiskan waktunya di dunia pendidikan, terus belajar lalu mengajarkan kembali ilmunya. Ia mendapat banyak penolakan, tantangan, fitnah dari masyarakat yang waktu itu belum terbiasa melihat perempuan belajar dan mengenyam pendidikan.

 

Bagi Rohana Kudus emansipasi berarti: “Perputaran zaman tidak akan pernah membuat perempuan menyamai laki-laki. Perempuan tetaplah perempuan dengan segala kemampuan dan kewajibannya. Yang harus berubah adalah perempuan harus mendapat pendidikan dan perlakukan yang lebih baik. Perempuan harus sehat jasmani dan rohani, berakhlak dan berbudi pekerti luhur, taat beribadah yang kesemuanya hanya akan terpenuhi dengan mempunyai ilmu pengetahuan”.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here