Buka Festival Tajug, Wapres Jelaskan Makna Pesan Sunan Gunung Jati

1027

Cirebon, Muslim Obsession – Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin hadir membuka Festival Tajug dalam rangka Hari Santri 2019. Pembukaan ditandai dengan menabuh bedug di alun-alun Keraton Kasepuhan, Cirebon, Jawa Barat, Jumat (21/11/2019).

Turut hadir, Sultan Keraton Kasepuhan Pangeran Raja Adipati Natadiningrat, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Walikota Cirebon Nasrudin Azis, Ketua PBNU Mustofa Aqil Siradj dan pimpinan PBNU lainnya, Rektor IAIN Syekh Nurjati Dr Sumanta Hasyim, Raja Sultan dari berbagai Wilayah Indonesia, serta para santri dan tamu undangan.

Wakil Presiden RI KH Ma’ruf Amin dalam sambutannya mengakui penting dan strategisnya acara Festival Tajug tersebut.

“Karena memang Sunan Gunung Jati yang juga mengikuti jejak Rasulullah mengembangkan Islam melalui tajug. Ini adalah langkah strategis, dibangunnya masjid di mana-mana sehingga penyebaran Islam di Jawa Barat sangat masif,” ungkapnya, dikutip dari Kemenag, Sabtu (23/11/2019).

Pesan Sunan Gunung Jati “Ingsun titip tajug lan fakir miskin” juga dijelaskan Ma’ruf memiliki makna lain yaitu, selain menjaga peradaban lewat masjid atau tajug memeliharanya juga sekaligus menjaga tajug dari cara-cara pengajaran yang tidak sesuai dengan syariat Islam.

“Jangan sampai masjid dijadikan tempat menyampaikan ujaran kebencian, ungkapan narasi permusuhan, dan ini penting dijaga. Supaya mesjid dibangun dengan narasi kesantunan, saling mencintai, menjaga ukhuwah, penguatan iman. Jangan sampai ada distorsi penggunaan masjid dari fungsinya yang benar,” ungkap orang kedua di Republik Indonesia ini.

Di samping itu, KH Ma’ruf juga mengatakan bahwa negara sejak merdeka juga sudah menangkap pesan untuk menjaga fakir miskin. Hal ini dibuktikan dari adanya pasal di UUD 45 yang menegaskan bahwa fakir miskin menjadi tanggung jawab negara.

KH Ma’ruf mengakui bahwa negara belum mampu 100% menanggulangi kemiskinan. Karenanya, perlu keterlibatan masyarakat.

“Ini balik lagi, sangat relevan dengan pesan Sunan Gunung Jati, realisasi pesan dan upaya ini haruslah menjadi prioritas program-program negara, daerah, maupun masyarakat. Kalau ini bisa bekerja sama, bersatu menanggulangi secara sinergi, pelan-pelan akan terselesaikan,” ucapnya.

Menurutnya, hal ini dibuktikan salah satunya dengan terselenggaranya Festival Tajug tahun ini. Dalam hal ini, PBNU bergandeng dengan Kesultanan mengadakan Festival Tajug, dengan tujuan menyadarkan masyarakat bahwa perlu adanya pemeliharaan yang seimbang antara dunia (fakir miskin) dan akhirat (tajug/masjid).

2 KOMENTAR

Tinggalkan Balasan ke Elly Batal balasan

Please enter your comment!
Please enter your name here