Benarkah Home Schooling Terpapar Radikalisme?

780

Ya. Judul itu sangat simplistik. Apa premis minor dan mayornya? Kenapa result (natijah) nya begitu? Sudah belajar mantiq belum? Apakah mereka menganut kaidah: “min ithlaqil juz wa iradat al-kull”? (Ditemukan sebagian tapi yang dimaksud keseluruhan).

Oke saya ingin perjelas fokus saya. Saya paham, jika media ingin produknya dibaca. Tapi saya kira jangan begitu-gitu amatlah. Saya paham, judul berita itu berawal dari hasil riset PPIM (Pusat Pengembangan Islam dan Masyarakat) UIN, Jakarta. Dari mereka itu, ada temen-temen saya. Mereka bekerja untuk misi kebangsaan. Meski saya sempat terpikir, kenapa hasil riset mereka akhir-akhir ini kok sedikit-sedikit terpapar radikalisme yah. Entahlah.

  1. Pastinya, hasil riset mereka sudah saya baca. Saya ambil dari kutipan media begini:

“Koordinator Peneliti PPIM UIN Jakarta, Arif Subhan, menuturkan, hasil penelitiannya tidak berarti menggeneralisasi bahwa HS radikal, tetapi berpotensi menyuburkan paham radikalisme. Dari 56 sampel HS yang tersebar di Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi), Bandung, Solo, Surabaya, Makassar, dan Padang, ada lima HS yang terindikasi terpapar radikalisme. Kelimanya merupakan HS berbasis ajaran Islam yang bersifat eksklusif.”

Mari kita telaah secara verbatim analysis. Pertama, “hasil penelitiannya tidak berarti menggeneralisasi bahwa HS radikal”. Apa yang kita pahami dari teks ini? Very clear, bahwa hasil penelitian PPIM itu tidak bisa untuk nembak dengan mata tertutup dengan mengarahkan peluru ke semua komunitas HS.

Kedua, kalimat “tetapi berpotensi menyuburkan paham radikalisme”. Mungkin ini yang dijadikan simpulan media agar menarik dibaca bahwa HS menjadi ladang penanaman bibit radikalisme. Apa yg kita pahami tentang “potensi”?

Jika ditengok pengertiannya dalam dictionary, “potential is latent qualities or abilities that may be developed and lead to future success or usefulness”. Intinya, potensi itu kualitas dan kemampuan laten yang mungkin bisa dikembangkan di masa depan. Nah, karena radikalisme itu menyangkut hal abstrak, maka setiap orang punya potensi. Setiap kelompok dan sekolah formal sekalipun juga berpotensi terpapar. Bahkan ada hasil riset yang menyebut sebagian tentara dan polisi juga terpapar radikalisme. Bukankah kalau HS ada prosentasenya? Mari kita lihat fakta selanjutnya!

“Dari 56 sampel HS yang tersebar di Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi), Bandung, Solo, Surabaya, Makassar, dan Padang, ada lima HS yang terindikasi terpapar radikalisme”. Its only 5 HS dari 56 sample. Artinya, hanya 8.9%, tidak sampe 10%. Itupun mereka diidentifikasi sebagai kelompok agama eksklusif. Tentu kelompok mereka bisa diasumsikan bukan hanya memiliki HS, tetapi bisa jadi mereka memiliki sekolah-sekolah publik klasikal yang juga berpandangan keagamaan sama.

Selain itu, yang saya kasih underline di sini adalah “indikasi terpapar radikalisme”. What’s indication? Indikasi itu apa? Dalam konteks ini, yang berhubungan dengan ciri paham, sikap, dan perilaku yang mengarah kepada suatu definisi radikalisme. Karena masih indikasi, sehingga belum bisa disebut “terpapar” dalam arti sesungguhnya. Terlebih ditemukan di lapangan bahwa mereka adalah kelompok eksklusif. So, this matter has very clear!

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here