Belajar Atasi Kesulitan Keuangan Keluarga dari Aisyah

594

Jakarta, Muslim Obsession – Tidak semua orang yang sudah berkeluarga mendapat limpahan rezeki dari Allah. Ada yang ditakdir jadi orang kaya, ada juga yang ditakdir jadi orang miskin. Titik tekannya adalah sejauh mana hamba mampu bersyukur atas setiap pemberian dari Allah SWT.

Terkait hal itu, KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha, pengasuh Pesantren Tahfidz Qur’an LP3IA Rembang, dalam suatu pengajian kitab bersama para santri menjelaskan tentang bagaimana pasangan suami istri ini harus mampu menerima apapun kondisi dari rezeki yang sudah ditetapkan.

Gus Baha mencontohkan keteladanan Nabi Muhammad Saw dan istrinya Aisyah dalam berumah tangga. Baik Nabi maupun Aisyah tidak pernah mengeluh, meskipun dalam kesusahan.

Berikut ini penjelasan dari Gus Baha yang bisa kita petik pelajarannya jika tengah berada dalam kesulitan ekonomi.

‘Aisyah, istri Nabi, termasuk istri dengan kriteria (mendukung perjuang suami). Saya heran sama ‘Aisyah. Saya punya kitab Musnad Ahmad berjumlah 14 jilid.

Ada 1 jilid riwayatnya dari Aisyah semua. Dan anehnya, dalam 1 jilid yang hadits yang diceritakan ‘Aisyah itu pasti yang sisi hukum, bukan kenangan dengan Nabi seperti ketika tidak punya uang.

Sebetulnya, jika tidak ada sesuatu untuk sarapan, kan jadi masalah bagi kamu.

Masalah besar nggak kalau istri Anda jam 8 pagi belum ada yang dimakan? Wah, perang Baratayudha. Hehehe

Demikian itu Sayyidah ‘Aisyah mengenangnya enteng saja. Bahwa pernah peristiwa itu terjadi dan Nabi mengambil sikap, “Kalau tidak ada yang dimakan, ya aku berpuasa saja!”

“Iya, Rasulullah, kalau tidak ada yang dimakan, ya kita puasa saja!”

Bisa kamu bayangkan punya istri seperti itu? Kalau nggak keburu kiamat, hehehe.

Kok bisa segampang itu menyelesaikan masalah ekonomi. Dan itu ‘Aisyah cerita tidak dalam konteks kecewa dengan keuangan Rasulullah. Tapi, dalam konteks puasa sunnah itu niatnya tidak harus pada malam hari.

Buktinya, Nabi pernah puasa dan mulainya setelah ada informasi tidak ada yang dimakan.

Coba kalau itu bukan orang (istri) yang benar-benar shalihahh?!

Hayo istrimu kira-kira mempunyai mafhum (makna yang dipahami) begitu atau tidak? Saat tidak ada sarapan bilang, “Ayo pak, kita puasa saja! Semua ini kehendak Allah.”

Istrimu kalau bilang begitu, beritahu saya, nanti saya kasih uang, yakin!! Hehehe

Saya beri hadiah, yakin!! Kapan pun terjadinya, tapi jangan bodoni (bohong) lho! Hehehe

Istri Nabi itu berbeda dengan istrimu!

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here