Beberapa Fakta Penting Sekitar Masyumi dan PRRI

1700
Natsir dan Bung Karno
Natsir dan Bung Karno.

Sukarno: PKI Pelopor Kekuatan Revolusi

APAKAH jika Natsir, Sjafruddin, dan Burhanuddin tidak datang ke Sumatera Barat, Masyumi tidak akan dipaksa membubarkan diri?

“Mungkin saja,” kata Natsir, “tetapi kami merasa, untuk apa ada Masyumi jika hanya untuk menuruti kemauan Sukarno. Kalau Masyumi ada sekadar untuk menuruti kemauan Sukarno, mengganti orang-orangnya dengan orang-orang Sukarno, dan mau menerima Nasakom, kami tidak rela.”

Natsir yakin, alasan utama pembubaran Masyumi ialah karena Masyumi tidak mau menerima Nasakom. Alasan kedua, karena dirinya dan kawan-kawan ikut PRRI.

Keyakinan Natsir secara tidak langsung dibenarkan oleh Sukarno.

Beberapa pekan menjelang dilengserkan dari kursi kepresidenan, ilmuwan politik Bernhard Dahm bercakap-cakap dengan Bung Karno.

“Mengapa Anda tidak mau membubarkan PKI?” tanya Dahm.

“Kita tidak dapat menghukum suatu partai secara keseluruhan karena kesalahan beberapa orang,” jawab Presiden Sukarno.

Dahm lalu mengingatkan Sukarno bahwa dia telah melakukannya pada 1960 saat melarang Masyumi dan PSI dengan alasan pemimpin kedua partai itu tidak menghukum anggota-anggotanya yang terlibat dalam PRRI.

“Masyumi dan PSI,” jawab Sukarno, “telah merintangi penyelesaian revolusi kami. Akan tetapi, PKI merupakan pelopor kekuatan-kekuatan revolusi. Kami membutuhkannya bagi pelaksanaan keadilan sosial dan masyarakat yang makmur.”

Dengan jawaban Sukarno kepada Dahm, jelaslah duduk perkaranya. (**)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here