Barong Ider Bumi Tarik Perhatian Wisatawan

1033

Banyuwangi, Muslim Obsession -Pemerintah menargetkan sebanyak 20 juta wisatawan mancanegara (wisman) mengunjungi Indonesia pada 2019.

Untuk mencapai target tersebut pemerintah melalui Kementerian Pariwisata (Kemenpar) dengan penuh gairah mempromosikan objek-objek wisata di berbagai daerah. Juga mempromosikan berbagai event kesenian, kebudayaan, olahraga, dan lain sebagainya.

Salah satu event yang menarik perhatian wisatawan adalah Barong Ider Bumi, upacara adat untuk menolak bala menurut kepercayaan masyarakat Osing di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.

Dikutip dari Wikipedia upacara ini digelar pada hari raya kedua Idul Fitri, tepatnya pada 2 Syawal menurut kalender Islam.

Rangkaian upacara adat Barong Ider Bumi diawali dengan kegiatan bersih desa. Setelah itu dilakukan arak-arakan Barong diselingi pertunjukan kesenian. Pada akhir upacara diadakan ritual “sembur uthik-uthik”, yakni kegiatan menyemburkan uang koin yang telah dicampur beras kuning dan bunga. Uang koin ditebar di sepanjang jalan desa sebagai ungkapan rasa syukur atas rezeki yang berlimpah selama satu tahun lalu.

Penjaga Desa

“Barong” atau “Barongan” dalam mitologi Jawa dan Bali merupakan makhluk bersayap berkaki empat atau dua dengan kepala singa. Masyarakat Osing di Desa Kemiren mempercayai Barong sebagai penjaga desa. Barong dianggap sebagai perwujudan nilai-nilai kebaikan dan keadilan. Kata “ider bumi” berasal dari gabungan dua kata yaitu “ider” dan “bumi”. Dalam Bahasa Jawa “ider” berarti berkeliling, beredar, atau berputar.

Adapun “bumi” merujuk pada tanah atau tempat berpijak. Ider bumi dapat diartikan sebagai kegiatan mengelilingi bumi atau tempat berpijak. Dalam hal ini, ider bumi artinya mengelilingi wilayah desa.

Penyelenggaraan Barong Ider Bumi dikaitkan dengan sosok Mbah Buyut Cili, yang makamnya masih terdapat hingga saat ini. Pada 1840 Desa Kemiren diserang wabah penyakit yang mengakibatkan banyak warga meninggal.

Mbah Buyut Cili menyerukan kepada warga desa untuk melakukan arak-arakan Barong sebagai bentuk tolak bala. Sejak saat itu, upacara adat barong ider bumi terus digelar dan diwariskan secara turun-temurun.

Waktu Penyelenggaraan

Waktu penyelenggaraan upacara adat barong ider bumi dulunya jatuh pada tanggal 1 Syawal, tetapi kini mengalami pergesaran, tepatnya pada tanggal 2 Syawal. Pergeseran ini didasarkan pada kalender Islam.

Hari Raya Idul Fitri merupakan hari kemenangan umat Islam setelah menuanaikan ibadah puasa. Hari pertama biasanya umat Islam Indonesia, termasuk masyarakat Osing, saling mengadakan kunjungan sillaturahmi bersama keluarga maupun antartetanga.

Rangkaian upacara adat Barong Ider Bumi diawali dengan kegiatan bersih desa. Setelah itu dilanjutkan dengan arak-arakan atau pawai.

Saat arak-arakan berlangsung, warga Desa Kemiren menggunakan baju adat Osing yang dominan berwarna hitam sambil melakukan pertunjukkan kesenian. Bersama Barong, warga mengarak benda-benda berupa sesajie seperti tumpeng, pakaian, dan peralatan senjata/pusaka. Puncaknya adalah ritual “sembur uthik-uthik”.

Sepanjang jalan tokoh masyarakat Osing menebarkan uang koin yang dicampur dengan bunga dan beras kuning. (arh)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here