Bahagia dan Ridha Membela Ulama

469

Oleh : Ahmad Khozinudin (Sastrawan Politik)

Suatu ketika penulis duduk di ruang pengunjung sidang pada perkara Ustadz Farid Okbah, Ustadz Ahmad Zain an Najah dan Ustadz Anung al Hammat. Karena banyaknya tim PH, kami bergantian mendampingi duduk di kursi pembelaan.

Penulis duduk disamping Ust Abdurrahman Syagaf, Sekjen Parmusi. Beliau ini paling aktif membersamai para ustadz dalam setiap persidangan.

Kemudian kami asyik berdiskusi membincangkan perjuangan Islam dan khususnya pembelaan para ustadz. Beliau, menilai aktivitas para advokat yang total membela jelas penuh dengan resiko.

Beliau juga bicara soal memikirkan bagaimana membantu membiayai para advokat dalam menjalankan tugas pembelaan. Semestinya, ada donatur yang bisa membantu.

Namun, saat itu penulis sampaikan bahwa sikap batin kami advokat yang membela para ustadz dalam keadaan bahagia. Kami percaya dan yakin, urusan rezeki sudah diatur Allah SWT.

Kami telah mencukupkan rasa bahagia bisa terlibat membela para ustadz. Kami para advokat ingin mendapatkan ridlo Allah SWT, dengan membela Ulama kami.

Jahat sekali rasanya, jika kami diam membiarkan ulama kami dizalimi densus 88. Sangat tidak adab, kami yang diberi ilmu advokat sedikit ini tidak membela para ulama.

Selain berharap syafaatnya Rasulullah SAW, kelak kami juga berharap syafa’at para ulama. Kami berharap doa dari para ulama, agar kami mendapatkan keberkahan hidup di dunia dan di akherat.

Itu pula yang mendasari kami mengundang sejumlah tokoh dan ulama, untuk memberikan dukungan dan pembelaan kepada para ustadz jelang putusan Senin, 19 Desember 2022. Tidak ada bayaran atas kehadiran KH Fikri Bareno, KH Slamet Ma’arif, Bang Refly Harun, Bang Eggi Sudjana, Bang Mustofa Nahrawardaya.

Mereka semua hadir stas kesadaran dan kecintaan kepada Ulama, karena dorongan akidah Islam sebagai sesama saudara muslim.

Bahkan, Bang Refly Harun menyampaikan ide membentuk konsorsium bela aktivis dan ulama yang dikriminalisasi. Agenda pengumpulan tokoh dan Ulama dalam aktivitas yang diadakan Tim Bela Ulama Bela Islam yang lalu juga terinspirasi dari beliau.

Di Tim sendiri, penulis berulang kali mendapatkan ungkapan komitmen pembelaan para Ulama. Bang Ismar, selalu menekankan pentingnya membela para Ulama.

Bang Al Katiri, mendeskripsikan pembelaan para advokat sebagai jihad membela Ulama. Karenanya, kami diminta all out membela.

Bang Herman Kadir menegaskan Para Ustadz bukan teroris. Bahkan, Ustadz Farid adalah figur ulama salaf yang mustahil melakukan tindakan-tindakan teror seperti yang dituduhkan densus.

Bu Srimiguna, yang sudah enjoy dengan bisnis ‘Corporat Lawyer’ juga mau terjun membela para ustadz. Tentu, dengan konsekuensi harus menanggung sejumlah resiko.

Bang Azam, dalam kesempatan yang sempit wara wiri Surabaya – Jakarta karena suatu urusan, juga tetap menyempatkan ikut bersidang membela para ustadz. Pak Jhou, Bang Iskandar, Bu Nita, Bu Kurnia, Mbak Kartika, Adinda Ricky, Rekan Iqbal, Rekan Sandi, Bang Iskandar, Bang Sony, Bang Toriq, Bang Dedy dan yang lainnya, semuanya konsisten membela para ustadz.

Kembali tentang kebahagiaan batin kami yang berkesempatan dapat membela para ustadz. Kami ingin tegaskan, kebahagiaan dan rasa itu sangat tinggi kedudukannya, harapan mencari ridlo Allah SWT diatas segala-galanya.

Tentu saja, kami juga berharap kepada segenap umat untuk berdoa dan membela para ustadz. Dengan meluruskan pemberitaan media yang selama ini dipenuhi fitnah terhadap para ustadz. Semoga kelak, kita mendapatkan bagian dari ikhtiar membela ulama, membela agama, dengan mendapatkan ridlo dan surga-Nya, amien. [].

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here