Awalnya, Menjadi Presiden Bukan Cita-cita yang Diinginkan Orangtua Jokowi

1073
Presiden Jokowi - Festival Shalawat
Presiden Joko Widodo membuka Festival Shalawat Nusantara Piala Presiden, Sabtu (24/2/2018). (foto: Kemenag)

Jakarta, Muslim Obsession – Bisa menjadi presiden atau raja adalah prestasi tertinggi dalam sebuah struktur pemerintah negara. Sebab presidenlah yang memilik kendali besar untuk membawa negaranya maju, dan tidak semua orang punya peluang atau kemampuan untuk menduduki jabatan tersebut.

Joko Widodo (Jokowi) bersyukur dirinya termasuk satu dari sekian juta rakyat Indonesia yang ditakdirkan Tuhan menjadi orang nomor satu di negeri ini. Namun, ada cerita menarik dari masa lalu Jokowi. Mantan Wali Kota Solo sebenarnya dari awal tidak pernah bercita-cita menjadi seorang politisi atau kepala pemerintah.

Jokowi Sungkem
Presiden Joko Widodo saat sungkem kepada ibundanya. (Foto: istimewa)

Bukan menjadi rahasia umum lagi, sebagai lulusan Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada (UGM), Jokowi mulanya hanya konsen menggeluti dunia bisnis sabagai pengusaha mabel atau pengusaha kayu. 27 tahun bergelut dalam dunia bisnis kayu, Jokowi mencoba keberuntungan dengan mencalonkan diri sebagai Wali Kota Solo. Ia lalu terpilih pada 2005.

Menjadi pengusaha atau presiden awalnya juga bukan menjadi keinginan orang tuanya. Sebab orang tua Jokowi menginginkan pria kelahiran Surakarta ini bisa menjadi seorang dokter. Hal itu disampaikan Jokowi saat menghadiri pembukaan Muktamar Ikatan Dokter Indonesia ke-30 dan Muktamar Ikatan Istri Dokter Indonesia (IIDI) ke-21.

“Dokter itu adalah profesi yang sangat didambakan banyak orang. Itu sejak dulu. Setiap orang tua selalu memimpikan anak-anaknya jadi dokter,” kenang Jokowi di Samarinda Convention Hall, Kalimantan Timur, Oktober lalu.

Jokowi berujar, dirinya selalu mendapat petuah dari orang tua untuk selalu belajar yang rajin agar bisa menjadi seorang dokter. “Saya ingat dulu orang tua saya selalu menyampaikan, Le, Le itu Nak, belajar yang pinter ya biar jadi dokter.”

Jokowi mengatakan, orang tuanya tidak pernah memintanya belajar yang pintar supaya menjadi seorang insinyur. Melainkan menjadi dokter “Le belajar yang pintar ya biar jadi dokter. Ya itu celakanya saya jadi insinyur. Tapi enggak celakanya ya, enggak. Tetap saya syukuri. Jadi apapun saya syukuri. Jadi presiden pun saya syukuri,” katanya diikuti tawa para peserta muktamar.

Bagi Jokowi menjadi dokter juga merupakan profesi penting sekaligus terhormat karena sangat dibutuhkan masyarakat. Ia juga melihat sejarah bahwa dokter memegang peranan penting dalam pembentukan negara dengan melawan penjajahan Belanda.

“Coba kita ingat dokter Sutomo, tokoh pendiri Budi Utomo. Dokter Tjipto Mangoenkoesoemo, tokoh tiga serangkai pendiri Indische Party. Dokter Wahidin Soedirohoesodo yang memperjuangkan pemuda-pemuda pribumi untuk menempuh pendidikan, serta dokter-dokter lainnya. Kalau sekarang ada Prof Ilham Oetama Marsis, Ketua IDI,” ujar Jokowi.

Dokter-dokter pada saat itu, kata Jokowi, membawa politik kebangsaan, politik kenegarawanan, dan politik dengan pemikiran besar. Adapun dokter-dokter saat ini, Jokowi mengaku senang karena Ilham Oetama Marsis menyampaikan ingin berubah dan meminta arahan Jokowi untuk menghadapi era revolusi industri 4.0. (Albar)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here