Arsitek Pembangun Bangsa, Friedrich Silaban

4279
Silaban (Foto: thejourney.home.co.id)

Muslim Obsession – Adzan subuh belum berkumandang. Kota Bogor masih diliputi kabut. Orang-orang masih menarik selimut rapat-rapat. Namun, dari jendela sebuah rumah di Jalan Gedong Sawah sudah nampak pendar lampu pijar. Friedrich Silaban telah terjaga.

Silaban menyerut pensilnya untuk membuat sketsa gambar masjid untuk diikutkan lomba yang dihelat Yayasan Masjid Istiqlal, sekira tahun 1955. Sayembara dilakukan guna mendapat rancangan masjid yang terbaik.

Sayembara tersebut diikuti oleh 30 arsitek terbaik dan sayembara dipimpin langsung Presiden Soekarno dengan tim juri antara lain Rooseno, Djuanda, Suwardi, Buya Hamka, Abubakar Atjeh, dan Oemar Husein Amin.

Dalam membuat rancangan masjid itu, Silaban mempelajari rupa-rupa masjid dari Aceh hingga Madura. Dia ingin menciptakan sebuah masjid yang baru. Namun, sebagai seorang Kristiani, dia mengalami pergulatan batin karena merancang masjid, tempat ibadah umat Islam. Selama membuat sketsa masjid, dia selalu berdoa.

“Tuhan, kalau di mata-Mu saya salah merancang masjid, maka jatuhkanlah saya, buatlah saya sakit supaya saya gagal. Tapi jika di mata-Mu saya benar, maka menangkanlah saya,” ujar putra ketiga Silaban, Poltak Silaban.

Silaban, begitu ia biasa disapa, memulai karirnya setelah lulus dari Sekolah Teknik Menengah (STM). Awalnya, Silaban tertarik dengan desain pasar Gambir di era Batavia dahulu kala. Karena intuisi ketertarikan tersebut, beliau memutuskan untuk bekerja di Departemen Umum. Selama bekerja di instansi tersebut Silaban sudah mengelilingi 30 Negara. Silaban melakukan observasi ke berbagai Negara untuk melihat berbagai seni arsitektur bangunan.

Kemudian, Silaban melanjutkan studinya ke Academie voor Bouwkunst atau Akademi Seni dan Bangunan. Saat Silaban mengikuti sayembara, Silaban kerap meminta nasihat dari Buya Hamka dalam proses perancangan Masjid Istiqlal.

Silaban adalah seorang yang sangat berprinsip dan konsisten. Beliau sudah berazam untuk menyelesaikan pembangunan masjid Istiqlal sebelum beliau wafat.

Infografis Silaban

“Pada tahun 1980, papa sudah tidak bisa jalan, tapi beliau minta diantar untuk melihat kubah Istiqlah yang baru saja terpasang, akhirnya papa diantar dan dikawal oleh staf mengelilingi Istiqlal di setiap jengkalnya,” jelasnya.

Bahkan ada hal unik dan mengesankan dari sosok Silaban, bahwa beliau menginginkan pembangunan masjid Istiqlal tidak hanya bertujuan untuk tempat ibadah saja, namun berharap dari hasil desainannya tersebut, masjid Istiqlal bisa menjadi tempat berkumpulnya umat saat gempa terjadi.

Selain itu, Silaban juga mempertimbangkan bahan bangunan yang digunakan. Silaban memilihkan untuk pembangunan Masjid Istiqlal adalah bahan bangunan yang tidak akan rapuh termakan zaman. Artinya sangat kokoh.

Tak hanya Masjid Istiqlal yang dibangun Silaban, bangunan Bank Indonesia yang bangunannya sangat kokoh dan megah, Tugu Monas, Tugu Khatulistiwa, Gelora Bung Karno, Menara Bung Karno, Gerbang Taman Makam Pahlawan Kalibata, Rumah Dinas Walikota Bogor, Monumen Pembebasan Irian Barat, Rumah Dinas Perikanan Bogor dan markas TNI Angkatan Udara Jakarta adalah karya tangan Friedrich Silaban.

Silaban, salah satu arsitek kesayangan Soekarno, mengembuskan napas terakhirnya pada 14 Mei 1984. Untuk mengenang jasanya, Jalan Gedong Sawah di Kota Bogor diganti menjadi Jalan F. Silaban. (Bal)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here