AR Baswedan: Saya Untung, Pak Presiden

263

Oleh: Lukman Hakiem (Peminat Sejarah)

Pesawat BOAC yang membawa AR Baswedan dari Mesir melalui Karaci, Rangoon, Bombay dan Singapura akhirnya mendarat dengan selamat di Bandara Kemayoran Jakarta. Ketika Baswedan hendak turun dari pesawat, tiba-tiba sejumlah polisi militer Belanda dengan senjata lengkap masuk ke pesawat.

Baswedan terkejut dan agak grogi, karena dia membawa dokumen yang sangat penting yang harus sampai di tangan Presiden Sukarno dengan selamat. Yaitu perjanjian persahabatan Mesir dan Republik Indonesia dan surat dari Mufti Palestina Amir Said Alhusaeni.

Dalam keadaan yang tiba-tiba Baswedan ingat kepada H.Agus Salim dengan gaya seorang jenderal berbicara: “Baswedan bagi saya tidak penting apakah saudara sampai di tanah air atau tidak yang penting dokumen-dokumen itu sampai di Indonesia dengan selamat”.

Sebelum meninggalkan Kairo, Baswedan lebih dulu menemui pejuang kemerdekaan Maroko yang sedang berada di Mesir Amir Abdul Karim untuk berpamitan.

Ketika Baswedan berpamitan, Amir Abdul Karim memberi secarik kertas sambil berkata: “Anakku semoga Allah melindungimu dalam perjalanan pulang ke tanah air dan semoga perjuanganmu berhasil. Insya Allah Tuhan yang Maha Kuasa akan menolongmu”.

Teringat hal itu Baswedan segera meraba kantong bajunya untuk mengambil kertas dan tasbih hadiah dari pahlawan Maroko Amir Abdul Karim. Baswedan segera berdiri dan menenteng tas yang kuncinya tidak pernah bisa di buka dan membaca tulisan dalam kertas yang ternyata rangkaian doa sambil memegang tasbih.

Dengan takdir Allah Baswedan bisa keluar dari pesawat tanpa di periksa, seolah-olah tentara Belanda itu tidak melihat Baswedan. Turun dari pesawat Baswedan langsung memasuki gedung Bandara. Lagi-lagi tidak ada satupun tentara Belanda yang menyapa apa lagi memeriksa Baswedan, sampai dia keluar dari gedung.

Di luar gedung Baswedan segera memanggil taxi, sesudah duduk di dalam taxi barulah Baswedan merasa tenang, dari Bandara Baswedan menuju rumah perdana Mentri Amir Syarifuddin. Setelah mandi dan berganti baju, Baswedan dan Amir Syarifuddin berangkat menuju Bandara Kemayoran yang masih di jaga ketat oleh tentara Belanda.

Dengan khusyuk Baswedan berdoa pada Allah memohon agar dia dan Amir Syarifuddin dapat lolos dari pemeriksaan. Saat itulah Baswedan kembali teringat pada tasbih dan doa-doa yang di ajarkan oleh Amir Abdul Karim. Jari-jari tangan kanan menggenggam tasbih dan tangan kiri memegang catatan doa dari Amir Abdul Karim.

Alhamdulillah, tas koper Baswedan dan Amir Syarifuddin lolos dari pemeriksan. Petugas dan tentara Belanda seolah-olah tidak melihat Baswedan dan Amir Syarifuddin, sehingga kedua tokoh Indonesia itu dengan tenang memasuki pesawat dan tiba di Bandara Maguwo Yogyakarta dan langsung menuju gedung agung tempat kediaman Presiden Sukarno.

Dengan upacara singkat dan sederhana kedua dokumen di serahkan kepada presiden. Bung Karno menerima kedua dokumen dalam keadaan heran, karena dokumen itu tetap utuh dalam sampul yang dilem, hal itu hanya mungkin terjadi jika Baswedan tidak di periksa padahal Bandara Kemayoran di jaga ketat oleh tentara Belanda.

“Bagaimana bisa begitu, Baswedan?” kata Bung Karno. Baswedan menjawab singkat, “Untung Pak Presiden”.

Siang itu juga Baswedan segera berangkat ke Solo untuk bertemu dengan keluarganya. Kepulangan Baswedan Ternyata di sambut oleh bayi mungil yang lahir beberapa hari sebelumnya, bayi itu diberi nama Liqiana.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here