Anomali Politik Superdamai Rizieq Shihab?

1005

Oleh: Faizal Assegaf (Ketua Progres 98)

Imam Besar Front Pembela Islam Muhammad Rizieq Shihab adalah sebuah fenomena di tengah hiruk pikuk dan aneka kegaduhan politik nasional kekinian. Sosok yang acap kali memicu spekulasi, simpati sekaligus hujatan dan keprihatinan.

Bersama sejumlah tokoh Islam, Rizieq menggalang konsolidasi umat dengan mengusung moto: Aksi Bela Islam Superdamai 212. Inilah awal perjuangan tanpa kekerasan, sporadis dan mendulang apresiasi.

Aksi superdamai tersebut menuntut penegakkan hukum atas kasus penistaan agama yang dilakukan oleh Basuki Tjahja Purnama alias Ahok. Hasilnya Ahok kalah di Pilgub DKI Jakarta dan masuk penjara.

Sebuah model perjuang politik yang menakjubkan, sangat ramah, berakhlak dan damai. Berbeda dengan ciri FPI yang terlanjur dikenal sangar, sporadis, anarkis serta sering distigmakan sebagai kelompok radikal dan intoleran.

Namun, apakah Rizieq dan loyalisnya konsisten mempertahankan komitmen perjuangan politik superdamai? Terlebih, munculnya serangkaian manuver dan seruan Rizieq yang dinilai belakangan ini makin menjauh dari spirit 212.

Para kalangan terdidik melontarkan kritikan bahwa Rizieq tengah berjalan mundur. Terjebak dan kembali berperan agresif melalui jaringan FPI dengan menjadikan atribut 212 sebagai tameng. Benarkah demikian?

Sebaliknya banyak pihak menaruh harapan besar agar Rizieq Teguh dan istiqomah memperluas gerakan Islam superdamai untuk menyatukan potensi umat dalam meperjuangkan keadilan.

Silang pendapat dan harapan tersebut tentu menarik untuk dicermati. Suka atau tidak, Rizieq telah menjadi sorotan publik dan sekaligus ikut berperan besar dalam mencetuskan gerakan Islam dengan polah superdamai dan visioner.

Penobatannya sebagai “Imam Besar” bukan sekedar atribut, namun mewakili kerinduan umat agar Rizieq tampil menjadi sosok ulama yang bijak dan mengutamakan ukhuwah serta persatuan nasional.

Sebab sangat mustahil perannya sebagai “Imam Besar” untuk menyalurkan aspirasi politik kelompok dan golongan tertentu. Namun, kiprahnya dibutuhkah untuk membawa umat dalam arus perubahan yang strategis, visioner dan konstruktif dalam semangat gerakan superdamai 212.

Patut diakui bahwa Rizieq atau lebih dikenal sebagai Habib Rizieq, punya kemampuan untuk memahami dinamika kekinian dan berpeluang untuk mengambil peran yang semestinya.

Apa yang menjadi penting dan sangat mendesak untuk dilakukan Habib Rizieq?

Tentu perlunya menyadarkan semua potensi yang tersedia untuk merapatkan barisan dan merumuskan langkah-langkah perjuangan yang visioner serta konsisten pada komitmen politik superdamai.

Intinya, peran Habib Rizieq sebagai Imam Besar untuk menggalang persatuan umat dan memperkuat kehidupan berbangsa dan bernegara membutuhkan dukungan konkret dari semua elemen 212.

Sehingga itu, berbagai bisikan dan jebakan yang bertujuan melemahkan perjuangan Habib Rizieq harus dihentikan. Agar perannya sebagai Imam Besar tidak dicemari oleh tindakan krusial dan destruktif yang hakikinya tidak sesuai spirit gerakan superdamai 212.

Bila upaya-upaya penguatan kepemimpinan Habib Rizieq tersebut dilakukan, maka kehadirannya menjadi kekuatan yang efektif dan meraih kemenangan tanpa fitnah, prasangka, kegaduhan dan kemunafikan. Semoga!

Jakarta, 7 Februari 2018

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here