Alami Sesak Napas, Kenali Gejala Corona

558

Jakarta, Muslim Obsession – Tidak semua orang yang mengalami sesak napas itu adalah positif corona. Namun di antara tanda-tanda seorang terkena corona adalah mengalami sesak napas.

Ada yang pulih seiring berjalannya waktu, namun tak sedikit juga yang memerlukan bantuan ventilator untuk mempermudah bernapas.

Apa yang harus kita pahami soal sesak napas sebagai salah satu gejala terinfeksi virus corona jenis baru?

Gejala awal Covid-19

Melansir Healthline, Selasa (9/6/2020) sesak napas yang secara medis dikenal dengan istilah dispnea ini merupakan salah satu gejala khas dari Covid-19.

Berbeda dengan sesak napas yang dialami seseorang dengan kelebihan berat badan, suhu ekstrem, ketinggian, dan sebagainya, dispnea yang terjadi pada penderita Covid-19 kondisinya bisa sampai parah dan bertahan cukup lama.

Sesak napas yang dialami penderita Covid-19 biasanya terjadi pada hari ke 4 dan 10 setelah infeksi terjadi dalam tubuh, mengikuti gejala yang lebih ringan, seperti demam, rasa kelelahan, dan pegal-pegal.

Namun, ada juga penderita yang tidak menunjukkan gejala ini sama sekali. Yang membedakan apakah sesak napas ini merupakan gejala dari Covid-19 atau bukan adalah terjadinya penurunan saturasi oksigen secara tiba-tiba.

Sesak napas yang disertai dengan demam dan batuk menjadi kunci lain bahwa ini merupakan gejala dari Covid-19. CDC melaporkan, 31-40 persen penderita Covid-19 mengalami sesak napas.

Jumlah ini sebenarnya masih terbilang rendah jika dibandingkan dengan gejala lain yang lebih banyak terjadi pada penderita Covid-19. Misalnya, demam (83-99 persen), batuk (59-82 persen), atau kelelahan (44-70 persen).

Hasil studi lain dari CDC, sesak napas pada penderita Covid-19 sebanyak 43 persen terjadi pada pasien dewasa bergejala, dan 13 persen pada pasien anak-anak bergejala.

Pada kondisi normal di mana paru-paru sehat, oksigen akan melintasi alveoli dan memasuki pembuluh darah kecil yang dikenal sebagai pembuluh kapiler, tempat sebelum oksigen dialirkan ke seluruh tubuh.

Namun, pada mereka yang menderita Covid-19, transfer oksigen akan terganggu oleh respons imun yang muncul. Sel darah putih melepaskan molekul inflamasi yang disebut kemokin atau sitokin.

Mereka akan mengumpulkan lebih banyak sel kekebalan demi membunuh sel yang terinfeksi virus corona. Proses tersebut menyisakan nanah yang merupakan campuran dari cairan dan sel-sel mati di dalam paru-paru.

Keberadaan nanah tersebut menyebabkan terjadinya sesak napas, batuk, juga demam.

Namun, khusus untuk gejala sesak napas pada Covid-19, risiko terjadinya jauh lebih tinggi pada mereka yang berusia di atas 65 tahun, perokok, punya riwayat diabetes, dan penyakit kardiovaskular, serta sistem kekebalan tubuh yang lemah.

Demikian pula setelah seseorang sembuh dari Covid-19, sesak napas masih mungkin terjadi karena paru-paru yang telah mengalami kerusakan dan tidak semuanya bisa disembuhkan secara sempurna.

Kerusakan ini menyebabkan pembentukan jaringan parut atau bekas luka pada paru-paru atau disebut sebagai fobrosis paru. Bekas luka ini membuat paru-paru semakin keras sehingga menyulitkan seseorang untuk bernapas. (Albar)

BAGIKAN

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here