Aku pada Sepotong Malam (Bagian 2)

889
Ilustrasi. Foto Net.

Muslim Obsession – Nasihat ibu saban hari, hanyalah ocehan dari rakitan kata-kata yang tak mempan menembus gendang telingaku, kata-kata ibu aku biarkan tercecer seperti lembar-lembar daun kering yang meranggas, terhempas, dan kandas bergumul dengan kulit tanah yang seketika lenyap tak bersisa.

Nong Mela, udah sih jangan seksi – seksi pake bajunya, gincunya jangan merah-merah bokan disangka wadon nakal kita mah,” ceracau ibu hampir tiap hari.

Intonasi Ibu medok dialek khas Cilegonnya itu serasa mentransformasi ribuan dengung lebah yang berdenyut-denyut di kepalaku.

“Anak perempuan jangan suka pulang malam, tak baik, Nong,” nasihat ini membuatku jengah mendengarnya, padahal aku hanya minum teh dan nongkrong bersama teman-teman di kafe murah pinggir jalan menikmati malam minggu.

Ibu suka berlagak mendakwahiku dari ilmu secuilnya yang kerap diperoleh dari pengajian ibu-ibu di Masjid Al Hadid Simpang Kota Cilegon.

Bosan, sungguh, kata-kata ibu itu serupa mantera penusuk yang beranak-pinak di kepalaku dan menjadi batu, batu kebencian, tapi untungnya aku tak berani menimpali omongan ibu, acuh meninggalkannya pergi ke kamar dan menutup pintu rapat-rapat.

Ah, apalah ibu, si tua yang terlahir di orde lama, tempo hari ibu bersikeras menyuruhku memakai kerudung segala, mana bisa aku cantik, mana bisa aku menarik, bila semua atribut kecantikanku terbubuh helai kain, tertutup bagai kue-kue basah nagasari.

Justru ini adalah modalku merebut hati Mas Kris, yang kusebut ia sebagai kekasihku, memang sih ia belum pernah mengeluarkan sepatah kata sakti sebagai mana lelaki yang tengah kasmaran, kata-kata bahwa ia mencintaiku, bukankah cinta tak mesti dielukan dalam ucapan?

BERSAMBUNG…

______________________________________

Cerpen Abay Kusnalia.

Guru SDIT Banten Islamic School, Kramatwatu Serang. Ia juga aktif di Forum Lingkar Pena (FLP) Banten.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here