Hatay, Muslim Obsession – Pagi-pagi sekali, Tim SOS for Syria XIV Aksi Cepat Tanggap (ACT) menuju sebuah desa di kaki gunung bernama Hacipasa untuk membagikan 300 paket pangan.
Paket pangan tersebut, berisi belasan jenis bahan pokok. Mulai dari beras, gula, gandum, keju, minyak, kacang-kacangan, tepung roti dan beberapa bahan pangan lain.
Rupanya, sudah lebih dari setahun tidak ada bantuan kemanusiaan apapun yang singgah sampai Hacipasa. Kepala Desa Hacipasa, mengatakan Hacipasa seperti dilupakan.
“Padahal di sini salah satu zona kemanusiaan (humanitarian border). Pemerintah Turki membuka gerbang perbatasan untuk pengungsi Suriah di batas ini. Tapi lama tidak ada bantuan masuk. Kalian (menunjuk kami), orang Indonesia pertama yang datang ke desa ini,” kata Ahmed, seperti diberitakan ACT, Kamis (1/3/2018).
Laila, perempuan paruh baya asal Homs, mengucap doa dan senyum untuk Indonesia.
“Allah kirimkan kebaikan untuk Indonesia. Terima kasih. Kami menghargai perjuangan kalian sampai ke sini. Semoga suatu saat nanti kita bisa bertemu di Suriah, Insya Allah,” ujar Laila.
Mohammed, Mitra ACT mengatakan, sekitar 550 keluarga pengungsi tinggal di Desa Hacipasa. Keluarga asal Suriah yang datang pasca perang sudah berjumlah 300 keluarga. Mereka menyewa rumah di desa tersebut dan berbaur dengan warga asli Hacipasa.
“Mereka menggarap kebun, menjadi petani dengan kondisi apa adanya. Warga Suriah menyewa tanah dan menggarap ladang di Hacipasa. Uang yang ada langsung dipakai beli gandum, roti atau beras,” ungkap Mohammed.
Rahadiansyah, Koordinator Tim SOS for Syria XIV mengucap syukur atas semangat kemanusiaan Indonesia.
“Alhamdulillah bantuan dari Indonesia sampai ke Hacipasa. Ini menjadi pemicu senyum ratusan keluarga pengungsi Suriah di titik perbatasan ini,” tutur Rahadiansyah.
Desa Hacipasa adalah satu desa yang berada dekat sekali dengan tapal perbatasan Suriah. Sekiranya, menempuh waktu satu setengah jam perjalanan dari hiruk pikuk Kota Antakya, Turki.
Karena lokasinya yang begitu dekat dengan perbatasan Suriah, Hacipasa menjadi pelarian ratusan keluarga Suriah. ACT melaporkan, di desa kecil tersebut, jumlah warga pengungsi Suriah sudah melampaui jumlah keluarga asli Turki.
Mereka berasal dari Idlib, Aleppo, Homs, Hama, Latakia dan sebagian kecil lainnya dari Ghouta di Damaskus. (Vina)